BKKBN Mengedukasi Masyarakat Lewat Trending Tagar IndonesiaCegahStunting di Twitter

17 Februari 2021, 17:34 WIB
BKKBN Mengedukasi Masyarakat Lewat Trending Tagar #IndonesiaCegahStunting di Twitter /Twitter @BKKBNOfficial

KABAR BESUKI  - Twitter resmi dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada siang 17 Februari 2021 mengajak para orang tua dan masyarakat untuk memahami bahaya stunting pada anak.

Diramaikan dengan tagar #IndonesiaCegahStunting, thread yang yang dibagikan oleh @BKKBNOfficial ini trending di indonesia. 

Di cuitan pertamanya BKKBN menjelaskan bahwa "Stunting masih menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak di bawah usia dua tahun di Indonesia."

Baca Juga: Kebohongan Elsa Mulai Terungkap! Tonton Live Streaming Ikatan Cinta Episode 17 Februari 2021 di RCTI

BKKBN menghimbau orang tua dan masyarakat akan sadr dengan masalah ini sehingga dapat menuju momen generasi emas Indonesia 2045.

Menurut BKKBN, Stunting adalah kondisi kurang gizi pada bayi di 1000 Hari Pertama Kehidupan.

Kekurangan gizi pada bayi ini dapat mengakibatkan perkembangan otak dan tumbuh kembang bayi terhambat.

Seperti yang dijelaskan BKKBN salah satu tanda anak mengalami Stunting jika bayi tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya.

"Stunting pasti (tubuh) pendek. Tapi (tubuh( pendek belum tentu Stunting," jelas Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) selaku kepala BKKBN.

Stunting adalah masalah tumbuh kembang anak yang harus segera diatasi di Indonesia karena berpotensi merusak Sumber Daya Manusia di kala mendatang.

Stunting juga dapat menyebabkan tingkat kesehatan anak menurun dan bahkan menyebabkan kematian.

Baca Juga: Bukan Belanjaan, Kotak-kotak Oranye Ini Berisi Bantuan untuk Korban Banjir di Subang dan Karawang

Di tahun 2019 Indonesia mengalami penurunan angka Stunting menjadi 27.67%, tetapi anka ini masih tergolong cukup tinggi bila mengikuti standar WHO yang tidak boleh melebihi 20%.

Data Bank Dunia (World Bank) mengatakan sebanyak 54% angkatan kerja saat ini merupakan penyintas Stunting.

Dikutip dari @BKKBNOfficial, Pemerintah Republik Indonesia menargetkan angka Stunting turun hingga 14% di tahun 2024.

Presiden Jokowi menunjuk Kepala BKKBN,Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) sebagai Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting.

dr. Hasto mengatakan jika sebanyak 1.2 juta bayi terkena Stunting dari 5 juta kelahiran bayi tiap tahunnya.

Risiko Stunting dapat terjadi selama masa kehamilan atau bayi lahir normal yang tidak menerima cukup asupan gizi.

Baca Juga: Daftar Mobil Bekas Bulan Februari 2021, Fortuner Tidak Jadi Pakai Lebih Murah Rp48 Juta

Bayi lahir dengan gizi yang kurang diukur dengan panjang tubuh tidak sampai 48cm dan berarti tidak mencapai 2.5kg.

"Yang lahir normal pun masih ada kemudian jadi Stunting karena tidak dapat ASI dengan baik, kemudian asupan makanannya tidak cukup," kata dr. Hasto.

dr. Hasto menjelaskan, daripada mengurusi pernikahan yang mewah sebaiknya melakukan prakonsepsi agar anak tumbuh tanpa gejala Stunting.

“Biaya prakonsepsi sangat murah, tidak lebih dari Rp20.000. Calon pengantin pria harus menyiapkan 75 hari sebelum menikah. Calon ibu hamil sebaiknya tidak melakukan diet ketat agar nutrisi sebelum mengandung tetap terjaga,” ujar dr. Hasto.

BKKBN akan membuat program yang mewajibkan calon pengantin melaporkan pernikahannya 3 bulan sebelum menikah untuk melakukan pemeriksaan guna mencegah calon bayi terlahir Stunting.

BKKBN juga bekerja sama dengan Kementerian Agama RI untuk mengedukasi bahaya Stunting kepada masyarakat.

Baca Juga: Waspada Ini Jika Anak Anda Terlalu Banyak Mengkonsumsi Gummy Vitamin

Penutup thread resmi dari BBKBN tersebut diakhiri dengan pernyataan dr. Hasto mengenai kehamilan muda. 

“Pesan saya, jangan terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun), jangan terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun), dan jangan memiliki jarak kelahiran yang terlalu dekat (kurang dari 3 tahun). Pesan kami 2 anak lebih sehat,” ujar dr. Hasto.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Twitter

Tags

Terkini

Terpopuler