Perusahaan Jepang Kembangkan Teknologi Tingkat Tinggi untuk Melawan Limbah Makanan

1 Maret 2021, 19:00 WIB
Foto pasar makanan laut di Okinawa Jepang, ///pixabay/jeniffertn

KABAR BESUKI – Perusahaan Jepang sedang mengembangkan sebuah teknologi artifical intelligence (AI) dan teknologi lainnya untuk meredam limbah dan memotong biaya dalam masa pandemi, serta mencari cara bertahan yang lebih lama.

Pembuangan sampah di Jepang mencatat lebih dari 6 juta ton limbah makanan, dan mencetak kerugian ekonomi nomor 3 dunia, dengan catatan keuangan sekitar 2 triliun yen ($19 miliar) per tahun.

Dengan limbah makanan tertinggi per kapita di Asia, pemerintah Jepang telah memberlakukan hukum baru untuk mengurangi biaya tersebut. Hal ini menuntut perusahaan untuk mencari solusi.

Baca Juga: Mengejutkan! Ternyata Minuman Ini dapat Mengurangi Depresi Hingga Peluang Bunuh Diri, Begini Ulasannnya

Toko sekelas Lawson telah memulai menggunakan AI dari perusahaan Data Robot Amerika Serikat, yang dapat memperkirakan berapa banyak produk di rak, dari onigiri, telur, sandwich, tuna, yang mungkin tidak terjual atau gagal menarik minat pembeli.

Lawson menargetkan untuk mengurangi kelebihan stok sebanyak 30% di tempat-tempat yang telah dibuka, dan ingin mengurangi setengah limbah makanan di seua toko pada tahun 2030 mendatang.

Bagi para pemiliki waralaba, pembuangan limbah makanan adalah yang menjadi pengeluaran terbesar setelah biaya tenaga kerja.

Produsen minuman Suntory & Food Ltd bereksperimen dengan produk AI lain dari Fujitsu Ltd untuk mencoba menenetukan apakah barang seperti botol teh dan air mineral telah rusak dalam pengiriman.

Baca Juga: Traktir Teman Ternyata Termasuk Perbuatan yang Bisa Menghapus Dosa, Begini Penjelasannya

Suntory bertujuan untuk mengurangi pengembalian barang sebesar 30-50% dan memotong biaya limbah makanan dan mengembangkan sistem standar umum yang dapat dibagi oleh pembuat makanan dan perusahaan lainnya.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Pembeli di Jepang terkenal cerewet dan tanda-tanda ini semakin naik, apalagi di tengah pandemi virus corona.

Tatsuya Sekito meluncurkan Kuradashi, sebuah perusahaan peragangan eceran yang menjual makanan yang tidak terjual dengan diskon.

Ide ini muncul sejak dia melihat sejumlah limbah yang cukup besar pada tahun 2014. Dia mengamati limbah ini merupkan hasil dari prosesor makanan di tempat dia bekerja, sebuah perusahaan perdagangan Jepang di China.

Baca Juga: Sering Salah, Ternyata Begini Aturan yang Tepat Minum Obat dengan benar

Saat ini, bisnis online sedang mengalami perkembangan pesat karena meningkatnya permintaan akan makanan murah yang tidak terjual.

“Penjualan meningkat 2,5 kali tahun lalu dari satu tahun sebelumnya, sementara jumlah limbah terus berlipat ganda sejak virus corona memutus rantai suplai makanan,” kata Seito seperti tikutip dari Reuters.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler