KABAR BESUKI - Para ilmuwan selalu mencari cara untuk menjaga kelangsungan hidup umat manusia.
Seperti salah satunya yang diajukan oleh peneliti asal University of Arizona untuk mengirim 6.7 juta sampel sel sperma ke bulan.
Mereka menyebut hal ini sebagai "polis asuransi global modern", dan menjadi salah satu upaya yang dicanangkan jika suatu saat manusia terancam kepunahan.
Bumi adalah planet yang rentan dan seringkali mengalami bencana seperti kekeringan, kebakaran hutan, asteroid, potensi perang nuklir, dan sebagainya.
Baca Juga: Mengerikan, Brazil Mengalami Kematian Harian Terburuk Sejak Dimulainya Pandemi
Hal itu akan mengancam keselamatan milyaran jiwa manusia dan keturunannya di dunia.
Jika bumi bukanlah tempat yang aman untuk menjaga kelangsungan hidup manusia, ilmuwan pun akhirnya mengarahkan pandangan mereka pada perjalanan luar angkasa.
Para ilmuwan ini berencana membangun sebuah "Bahtera" bank sperma yang dapat menyelamatkan spesies manusia di masa depan yang jauh dari bumi, seperti dilansir dari New York Posti.
Jekan Thanga adalah penulis studi penelitian ini yang berasal dari Universitas Arizona.
Baca Juga: Brazil Laporkan Kematian Harian Terburuk Sejak Pandemi
Ia dan timnya mengajukan laporan mereka yang berjudul "Lubang Bulan dan Tabung Lava untuk Bahtera Modern" dalam konferensi Aerospace di Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) pada 6 Maret 2021.
"Bumi adalah lingkungan yang tidak bisa diprediksi," kata Jekan.
Karena ketidakstabilan bumi, penyimpanan sel sperma untuk kelangsungan hidup manusia di masa depan akan membuat spesimen rentan.
Oleh karena itu Jekan dan timnya merencanakan sebuah gudang benih manusia di bulan.
Baru-baru ini ilmuwan menemukan lubang yang dipercaya pernah mengalirkan lava di bulan miliaran tahun lalu.
Di lokasi inilah Jekan dan timnya berencana membuat "bahtera" penyelamat spesies manusia.
Menurutnya kedalaman lubang di bulan ini sempurna untuk membangun fasilitas yang mampu melindungi sel sperma dari berbagai macam bahaya seperti perubahan suhu ekstrim, ancaman meteorit, dan radiasi.
Bukan hanya sel reproduksi manusia, Jekan juga mengajukan spesies-spesies lain untuk dilestarikan dalam proyek ini.
"Kami masih bisa menyelamatkan mereka hingga kemajuan teknologi di masa depan mampu menghidupkan kembali spesies-spesies ini," kata Jekan.
Baca Juga: Jadwal Acara RCTI 13 Maret 2021: Tonton Prosesi Lamaran Aurel-Atta Hingga Sinetron Ikatan Cinta
Dengan kata lain, menyimpan sampel untuk digunakan di kemudian hari.
Ilmuwan memiliki alasan kuat untuk khawatir akan potensi kepunahan yang terjadi di masa depan. Mereka juga menyinggung soal letusan Gunung Toba di Indonesia 75.000 tahun lalu.
"Bencana itu menyebabkan bumi mengalami periode pendinginan selama 1000 tahun yang diperkirakan sebagai penyebab penurunan keanekaragaman spesies manusia," kata Jekan.***