KABAR BESUKI - Sosok Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto baru-baru sempat jadi sorotan.
Dikarenakan kontroversi anggaran alutsista sistem Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Alutsista) senilai Rp 1,7 kuadriliun.
Setelah isu uang fantastis untuk alutsista muncul, Prabowo mengungkapkan bahwa ada tokoh jenderal dan elite TNI yang sok tahu bahkan bodoh.
Awalnya, Prabowo menjelaskan potensi dan kemungkinan perang yang akan dihadapi Republik Indonesia.
Kemudian dia secara khusus berbicara tentang elite yang beberapa waktu lalu meyakinkan Presiden Jokowi bahwa Indonesia tidak akan berperang dengan pihak mana pun dalam beberapa tahun ke depan.
Sebagai pensiunan prajurit TNI, ia menjelaskan bahwa Indonesia sebagai bangsa seharusnya tidak memiliki harga diri yang rendah dan santai ketika melihat segala kemungkinan yang mungkin muncul dengan sendirinya.
Prabowo pun menyayangkan kontribusi para elite tersebut kepada Presiden Jokowi. Mengingat, di setiap negara tentu memiliki ancaman dari segi keamanan.
Ia juga menilai pihak yang meyakinkan Jokowi tentang perang adalah orang yang tidak cerdas.
“Kita juga tidak boleh rendah diri tetapi benar, kita tidak bisa santai. Nah, ini ada beberapa oknum elite, yang menurut saya, saya enggak ngerti, mungkin kurang baca, kurang cerdas atau apa, gue heran juga. Ada yang bilang, dan meyakinkan pimpinan (Jokowi) bahwa Indonesia 40 tahun ke depan tidak akan ada perang,” kata Prabowo, dilansir Kabar Besuki dari YouTube Deddy Corbuzier.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Partai Gerindra itu menjelaskan pengalaman pribadinya saat baru saja dilantik menjadi tentara dengan pangkat letnan dua (Letda).
Saat itu, kata Prabowo, ada seorang jenderal TNI dari Jakarta yang datang ke Magelang. Kemudian tokoh jenderal itu mengklaim bahwa Indonesia tidak akan menghadapi perang dalam 25 tahun ke depan.
Prediksinya itu juga diungkapkannya, bahkan dibicarakan di depan para calon perwira yang akan segera dilantik.
Alhasil, pernyataan petinggi TNI itu membuat para taruna tidak fokus menguasai kemampuannya di lapangan dan hanya fokus pada teori sosial politik.
Setelah Jenderal TNI mengatakan itu, intinya kurang dari setahun setelah konferensi, Indonesia terlibat perang dengan Timor-Timur.***