ISNU Bondowoso Berhasil Panen Padi di Daerah yang Sulit Kebutuhan Air

6 Juni 2020, 17:09 WIB
ISNU Panen Padi /

KABAR BESUKI - Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC. ISNU) Bondowoso terbukti berhasil panen padi di daerah yang sulit akan kebutuhan air, di desa Gayam, Kec. Botolinggo.

Sistem teknologi pertanian yang digunakan PC ISNU Bondowoso ini adalah Hidroganik. Program ini merupakan bentuk gerakan ketahanan pangan berbasis keluarga yang dikhususkan pada daerah yang mengalami kekeringan.

Terbukti bahwa sebelumnya telah melakukan panen raya tanaman sayur hidroganik di desa yang sama. Dan keberhasilan ini berlanjut dengan panen perdana, padi hidroganik, hari Kamis.

Baca Juga: Pemdes Botolinggo Bondowoso Salurkan BLT DD Tahap I Dampak Covid19

Ketua PC ISNU Bondowoso Moh. Abdul Halik, S.Sos.I mengatakan, hasil panen perdana padi hidroganik ini mencapai sekitar 40kg dengan luasan lahan 2 x 12 meter.

“Perolehan padinya sama dengan tanam biasa. Dengan luas lahan di tanah hampir sama seperti itu,” ungkapnya saat di konfirmasi, Sabtu (6/6/2020).

Kata dia, pertanian hidroganik ini sebagai bentuk gerakan ketahanan pangan. Jadi, pihaknya akan terus melakukan gerakan ini dengan sistem hidroganik.

Apalagi bila melihat kondisi saat ini yakni menghadapi pandemi virus corona atau Covid-19, ketahanan pangan perlu juga untuk di kedepankan.

Halik menambahkan, bahwa untuk keunggulan padi hidroganik ini adalah non residu, non pestisida, non kimia.

“Sistem hidroganik itu sangat memungkinkan ditanam di segala musim. Untuk kesehatan jelas padi organik itu lebih bagus untuk kesehatan,” jelasnya.

Baca Juga: Pansus Raperda LP2B DPRD Banyuwangi Upayakan Pasal Pemberian Insentifu

Karena keberhasilan ini , lanjut Khalik,  merupakan terobosan baru yang selama ini diketahui bersama bahwa di Desa Gayam Kecamatan Botolinggo tidak bisa melakukan pananaman padi dimusim kemarau. Akan tetapi ISNU dapat membuktikan keberhasilannya dengan panen perdana tanaman padi hidroganik tersebut.

“Jadi kita bisa tanam padi dimanapun, walaupun di lahan kering. Nanti kita akan bentuk gerakan pangan yang lain. Kalau tanam padi saja bisa, maka tanam yang lain juga bisa,” urainya.

Jadi targetnya, ISNU bisa tanam diwilayah yang selama ini tidak bisa ditanami karena faktor kekeringan.

Akan keberhasilannya ini, ISNU Bondowoso pun berkomitmen akan terus menambah lahan untuk sistem pertanian hidroganik tersebut.

Bahkan saat ini, warga Desa Gayam pun dengan sukarela menghibahkan tanahnya sekitar 1.000 meter persegi, untuk dikembangkan oleh ISNU Bondowoso.

“Jadi kita disana bukan sewa. Masyarakat menghibahkan tanah itu untuk dikembangkan sebagai alat perjuangan ISNU dalam hal pengembangan pangan,” akunya.

Desa Gayam yang menjadi pilot project ISNU untuk menggagas sistem pertanian hidroganik tersebut dan terbukti menuai keberhasilan.

Maka warga setempat pun merespon dengan baik. Kedepan, ISNU Bondowoso akan melibatkan di lahan warga setempat dengan sistem organik.

“Jadi kita ajari masyarakat gayam itu pola tanamnya, budidaya baik sayur, padi dan lain-lain tetap sistem organik semua,”pungkasnya.

Kepala Desa Gayam sendiri sangat mensupport apa yang di gagas oleh PC ISNU Bondowoso. Karena hal tersebut adalah salah satu pintu keluar dari ketertinggalan desa Gayam dan menjadi sumber ekonomi baru bagi warga setempat.

Untuk informasi, harga beras hasil pertanian hidroganik tersebut,  oleh PC ISNU Bondowoso dibandrol dengan harga Rp. 20 ribu  per kilogram.***

Editor: Choiri Kurnianto

Tags

Terkini

Terpopuler