Heboh! Varian Baru Virus COVID-19 Kembali Bermunculan, Ini Detail Lengkapnya

- 6 Maret 2021, 08:18 WIB
Ilustrasi COVID-19
Ilustrasi COVID-19 ///Ken Affila Syach Maulana///Pixabay/geralt

KABAR BESUKI - Baru-baru ini Indonesia dihebohkan dengan munculnya varian virus COVID-19 B.1.1.7 yang telah terdeteksi telah masuk ke Indonesia.
 
Namun rupanya tidak hanya berhenti di situ saja, terdapat beberapa varian baru dari virus COVID-19 yang telah ditemukan di beberapa negara lain.
 
Varian baru yang disebut P.1, berada di belakang lonjakan kasus di Brasil.  Ada lagi, B.1.1.7, yang menyebar ke seluruh Inggris Raya dan sekarang juga di AS.  Dan B.1.351 mendominasi di Afrika Selatan.
 
 
Para peneliti juga baru-baru ini mengidentifikasi dua varian baru di Amerika Serikat yaitu varian B.1.427 / B.1.429 di California (atau CAL.20C) dan satu lagi, yang disebut B.1.526, di New York.
 
Dilansir dari laman Healthline, varian tersebut mengandung mutasi yang berbeda tetapi semuanya dianggap lebih mudah menular dan berpotensi meningkatkan keparahan dari penyakit.
 
Studi terbaru tentang varian baru yang terdeteksi di California, menunjukkan bahwa varian baru mungkin lebih mudah ditularkan, lebih baik dalam mereplikasi diri, dan kurang dapat dikenali oleh antibodi.
 
 
Secara keseluruhan, penelitian ini masih dalam tahap awal, dan lebih banyak data diperlukan untuk memahami bagaimana varian California dan New York berbeda dari virus korona yang asli.
 
Menurut peneliti di California yang mempelajari varian baru, CAL.20C telah menjadi varian dominan di negara bagian Amerika Serikat tersebut.
 
Hal tersebut pertama kali diidentifikasi pada Juli 2020.  Pada Desember, varian tersebut menyumbang 24 persen dari semua sampel, menurut kertas pracetak yang diposting pada akhir Januari.
 
Para ilmuwan menduga bahwa mutasi varian tersebut membuat lebih mudah ditularkan, bahkan dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah, karena lebih banyak kematian dikaitkan dengan varian CAL.20C daripada varian aslinya.
 
 
Seseorang memiliki kemungkinan 26 persen untuk jatuh sakit jika seseorang di rumah mereka mengalami infeksi dari varian lain.
 
Seperti varian CAL.20C, B.1.526 di New York mungkin memiliki mutasi yang membantunya menghindari terapi dan vaksin antibodi monoklonal.
 
Dr. Benjamin Neuman, seorang ahli virologi dan profesor biologi di Texas A&M University mengatakan, meskipun akan ideal jika vaksin sama persis dengan virus yang beredar, hal ini tidak mungkin terjadi karena mutasi pada varian yang muncul.
 
Kabar baiknya adalah bahwa vaksin tidak harus cocok untuk melawan virus untuk memberikan perlindungan. Setiap mutasi mengubah sebagian kecil virus.
 
Neuman juga mengatakan, pada akhirnya para ilmuwan mungkin perlu memperbarui vaksin untuk menargetkan varian yang muncul, tetapi untuk saat ini, ini adalah perlombaan untuk melindungi sebanyak mungkin orang sebelum virus berubah lagi.
 
 
Data terbaru dari Israel menunjukkan bahwa vaksinasi yang meluas mengurangi infeksi dan penularan.
 
“Karena lebih banyak orang yang divaksinasi, lebih sedikit yang akan terinfeksi, dan virus tidak akan pergi kemana-mana,” kata Neuman.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Healthline


Tags

Terkini

x