“Kacau karena ada 6 perwira tinggi TNI AD pada malam 30 September, 1 Oktober yang diculik, dibunuh. Bapak-bapak ini lah berkumpul di Kostrad untuk menyelesaikan urusan yang ruwet. Kita tidak tahu mana yang kawan, mana yang lawan,” tutur Untung Mufreni Ahmad Yani.
Baca Juga: Diorama G30s PKI ‘Hilang’ Disebut Demi Ketenangan Lahir Batin, Sejarawan: Apakah Ada Kekeliruan
Apalagi, sebagai anak korban kekejaman Gerakan 30 September, ia menganggap prestasi ini sebagai prestasi Kostrad.
Ia juga melihat kembali peristiwa-peristiwa yang sempat menimbulkan keresahan dan ketegangan politik di tanah air, khususnya di ibu kota Jakarta, yang seolah-olah sudah semrawut.***