Network
“Inilah salah satu yang dikhawatirkan oleh tim kepolisian saat memutuskan tidak merilis berita di awal Mei. Ekspos kasus yang sedang berjalan, seringkali membuat media dan individu mencari-cari sensasi tambahan, foto-foto korban dicari dan (mungkin) disebarluaskan. Foto korban yang tampil di media mungkin ditutup wajahnya, tapi siapa yang jamin foto aslinya tidak diedar-edarkan via WA. sekolah jadi ingin keluar karena tidak nyaman,” tulis Ridwan Kamil.
Belum lagi biasnya, sensasinya ada yang memburu dan menyiarkan alamat orang tuanya atau bahkan korbannya sendiri bisa diwawancarai untuk dijadikan rating konten youtuber.
Baca Juga: Anwar Abbas Disebut Reinkarnasi dan Dinilai Tak Punya Takut, Netizen: Jarang Ada Ulama Pemberani
“Alamat orangtua dicari atau bahkan si korbannya sendiri mungkin diwawancarai untuk dijadikan rating konten youtuber. Ini sikap pengadilan pada korban orang-orang dewasa, apalagi yang korbannya anak-anak, yang harus didahulukan keamanan psikisnya. Fokus pada solusi bukan sensasi,” tulis Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil membandingkan bagaimana kasus pelecehan seksual terhadap WNI di Inggris dirahasiakan dari publik dengan pertimbangan agar korban merasa nyaman dan tidak terkena paparan yang berdampak pada kondisi mentalnya.***
