Tak hanya itu saja, mantan dosen Filsafat Universitas Indonesia itu bahkan mengatakan bahwa Presiden Jokowi sebenarnya memiliki mental otoriter.
Mental otoriter inilah yang membuatnya terus menggerakkan rakyat agar mendukung keinginannya dalam memperpanjang masa jabatan presiden.
“Di dalam diri Pak Jokowi ada mental otoriter, atau bahkan totaliter, karena kalau dia otoriter dia pakai aja kekerasan, selesai sudah. Tapi ini dia totaliter, dia seolah-olah menyelundupkan ambisinya dengan membujuk orang, tapi di ujungnya ada totalitarianisme,” jelasnya.
“Itu bahayanya di zaman demokrasi, ada upaya untuk membatalkan prinsip konstitusi,” tambahnya.
Melihat hal tersebut, Rocky Gerung beranggapan bahwa Presiden Jokowi tidak memiliki prestasi sehingga membuatnya terus berambisi melawan konstitusi dengan memperpanjang masa jabatan presiden.
“Lain kalau Pak Jokowi punya prestasi, jadi yang kita halangi bukan karena Jokowi ingin menghalangi konstitusi, tapi memang dia gak punya prestasi,” ucapnya.
“Jadi dari awal dia (Jokowi) inginkan itu (penundaan pemilu), jadi kalau Pak Amien sebut megalomania, itu betulnya 112 persen,” pungkasnya.***