Sutanto Hartono Jelaskan Penyebab Utama Animasi Karya Anak Bangsa Sulit Berkembang

22 Juli 2022, 09:53 WIB
Sutanto Hartono Jelaskan Penyebab Utama Animasi Karya Anak Bangsa Sulit Berkembang. /IEG/Tangkap Layar Vidio.com

KABAR BESUKI - Direktur Utama PT Surya Citra Media (SCM) Sutanto Hartono menjelaskan penyebab utama animasi karya anak bangsa relatif sulit berkembang hingga saat ini.

Sutanto Hartono mengaku bangga ketika konten yang ditayangkan oleh berbagai jaringan media milik SCM merupakan konten karya anak bangsa.

Akan tetapi, Sutanto Hartono juga mengungkapkan bahwa biaya memproduksi konten karya anak bangsa termasuk animasi tidaklah murah, karena harus memulainya dari nol.

Mahalnya biaya produksi karya anak bangsa disebut Sutanto Hartono sebagai penyebab utama animasi karya anak bangsa relatif sulit berkembang.

"Kami bangga bahwa mayoritas konten kami adalah buatan Indonesia. Tapi nggak murah karena kami harus mulai produksi dari nol. Itulah kenapa konten anak-anak paling susah untuk berkembang," kata Sutanto Hartono sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari kanal YouTube Helmy Yahya Bicara dalam video yang diunggah pada 8 Maret 2021.

Baca Juga: Review Film Minions 2: The Rise of Gru 2022, Film Animasi yang Meraup Keuntungan Hingga Triliunan Rupiah

Sutanto Hartono mengungkapkan, biaya termurah memproduksi animasi karya anak bangsa ditaksir mencapai ratusan juta rupiah hanya untuk satu episode yang memakan durasi kurang lebih lima belas menit.

Hal tersebut dinilai menjadi salah satu pertimbangan Dreamtoon Indonesia sebagai studio animasi milik Indonesian Entertainment Group (IEG) memutuskan untuk tak melanjutkan produksi serial Keluarga Somat, meski sempat menjual episode yang pernah tayang di Indosiar ke RTV.

"Kalau kita bikin animasi, yang murah meriah pun dengan mudahnya kita bilang adalah ratusan juta untuk lima belas menit," ujarnya.

Ironisnya kata dia, harga lisensi beberapa episode serial animasi luar negeri seperti Doraemon dan Upin-Ipin dinilai jauh lebih murah dibandingkan biaya produksi satu episode Keluarga Somat.

"Kalau kita mau lisensi Doraemon, itu mungkin 1.000-2.000 dolar aja udah dapat, jomplang kan?," katanya.

Baca Juga: Jadwal Acara Global TV Besok Rabu 20 April 2022, dari Buletin iNews hingga Animasi SpongeBob SquarePants

Selain itu, Sutanto Hartono juga mengungkapkan perbedaan perilaku menonton anak-anak dan orang dewasa dinilai sebagai penyebab utama animasi karya anak bangsa sulit berkembang.

Menurutnya, penonton anak-anak tak banyak yang memperhatikan detail visual dari program animasi yang ditontonnya.

Dia mengungkapkan, anak-anak cenderung lebih nyaman dengan jalan cerita dari animasi yang dianggap menarik meski merupakan produk impor dan menggunakan subtitle atau dubbing audio ke dalam Bahasa Indonesia.

Berbeda dengan perilaku menonton orang dewasa, yang masih bisa membedakan kecantikan visual dari sinetron Indonesia dengan drama luar negeri.

"Masalahnya kalau anak-anak, itu cukup di-dubbing aja udah happy. Nah, kalau orang dewasa nonton sinetron, cantiknya Indonesia sama cantiknya Telenovela, mereka masih peduli," ujar dia.

Baca Juga: Turning Red Film Animasi Tentang Proximal Parenting dan Penerimaan Diri

Di sisi lain, Sutanto Hartono juga mengingatkan bahaya laten yang akan terjadi jika pemerintah mempermudah pemberian Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) kepada pemain baru saat analog switch off (ASO) diberlakukan.

Menurutnya, hal tersebut memicu kompetisi yang tidak sehat di antara sesama pemain industri pertelevisian, karena jumlah kue iklan yang tidak sebanding dengan jumlah pemain yang memperebutkannya.

Akibatnya kata dia, banyak stasiun TV terpaksa menggunakan segala cara demi memenangi persaingan dan menjaga keberlangsungan bisnisnya, termasuk dengan memperbanyak impor konten.

"Bila nantinya kompetisi seperti itu, yang kejadian nantinya terpaksa TV-TV ini akan mengimpor konten-konten itu tadi karena lebih murah. Ini yang saya mau ajak ngobrol dengan pemerintah, ekosistemnya harus dijaga," tuturnya.***

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: YouTube Helmy Yahya Bicara

Tags

Terkini

Terpopuler