Tayangan Olahraga Dinilai Agak Sulit Bersaing dengan Sinetron, Mengapa? Begini Penjelasan Linda Wahyudi

- 30 Mei 2022, 07:41 WIB
Tayangan Olahraga Dinilai Agak Sulit Bersaing dengan Sinetron, Mengapa? Begini Penjelasan Linda Wahyudi.
Tayangan Olahraga Dinilai Agak Sulit Bersaing dengan Sinetron, Mengapa? Begini Penjelasan Linda Wahyudi. /Instagram.com/@marcusellis89

KABAR BESUKI - Praktisi media Linda Wahyudi menjelaskan penyebab tayangan olahraga di televisi Indonesia yang dinilainya agak sulit bersaing dengan sinetron.

Linda Wahyudi menjelaskan bahwa tidak banyak tayangan olahraga di televisi Indonesia yang mampu bersaing dengan tayangan sinetron khususnya pada slot prime time.

Linda Wahyudi menjelaskan penyebab tayangan olahraga yang dinilai agak sulit bersaing dengan sinetron berdasarkan pengalamannya saat masih bergabung dengan RCTI.

Baca Juga: Linda Wahyudi Jelaskan Alasan Stasiun TV Tetap Membeli Hak Siar Olahraga, Meski Tak Selalu Untung

Sejak awal lahirnya televisi swasta di Indonesia, Nielsen Media Research menjadi satu-satunya lembaga yang merilis data mengenai rating dan share atas performa setiap program yang ditayangkan oleh seluruh stasiun televisi.

Bahkan, performa setiap program sangat menentukan peringkat stasiun televisi dalam periode sehari, sepekan, sebulan, kuartal, hingga tahunan.

Persoalan rating dan share diakui Linda Wahyudi menjadi salah satu kendala bagi stasiun televisi terestrial khususnya yang berada dalam posisi top tier untuk menghadirkan tayangan olahraga di prime time.

Terlebih pada awal kemunculan lembaga rating, metode pengukuran performa program dan stasiun televisi masih menggunakan metode kuesioner yang dikerjakan secara manual.

Ketika Nielsen mengubah metode pengukuran performa program dengan peoplemeter, persoalan rating dan share juga masih kerap menjadi perdebatan di sejumlah kalangan pemerhati media.

Baca Juga: Linda Wahyudi Ungkap Tantangan Saat Membangun Divisi Olahraga RCTI pada Masa Lalu

Linda Wahyudi menjelaskan, kelompok pemirsa ibu rumah tangga dan asisten rumah tangga selalu mendominasi total populasi responden Nielsen sejak dahulu.

Saat Nielsen masih menggunakan metode kuesioner di era 1990-an, dia menjelaskan bahwa petugas kuesioner yang datang ke rumah responden pada siang hari umumnya bertemu dengan seorang ART untuk menanyakan tentang program favorit di televisi.

Menurutnya, mayoritas ART cenderung menyukai sinetron. Sementara tayangan olahraga pada era 1990-an sangat didominasi oleh kelompok pemirsa pria berusia lima tahun ke atas, bahkan nyaris tak ditemukan pemirsa dari kalangan wanita.

"Siapa sih yang ada di rumah saat jam kerja? Dulu kalau pakai kuesioner, kalau datang ke rumah siapa yang dia hadapi? Maaf, ART misalnya, dia sukanya apa? Pasti sinetron," kata Linda Wahyudi sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari sebuah tayangan podcast yang diunggah kanal YouTube Podcast V's Boxing Indonesia pada 16 September 2020.

Baca Juga: Peta Hak Siar Kompetisi Sepak Bola Musim 2022-2023 di Televisi dan OTT Indonesia, Ada Liga Inggris di Emtek

Lebih lanjut, Linda Wahyudi mengungkapkan bahwa tayangan sinetron selalu menjadi primadona dari seluruh program di televisi Indonesia sejak dahulu karena besarnya responden Nielsen dari kelompok pemirsa wanita, khususnya ibu rumah tangga.

Hal tersebut membuat beberapa stasiun televisi terestrial yang masuk dalam kategori top tier di Indonesia berdasarkan peringkat Nielsen cenderung sangat selektif dalam menyiarkan langsung tayangan pertandingan olahraga di prime time.

"Jadi sinetron itu pasti satu digit dua digit, kita mana bisa lawan? Olahraga itu selalu yang terbaik itu pasti ada di prime time, sementara prime time itu miliknya sinetron," ujarnya.

Meski demikian, dia juga menyebut beberapa tayangan olahraga masih mampu memperoleh share tinggi pada jam-jam tertentu apabila diadu dengan program di televisi lain pada jam yang sama.

Besarnya jumlah penduduk Indonesia menurutnya, membuat tayangan olahraga masih menjadi salah satu killer content bagi sejumlah stasiun televisi meski dinilai masih agak sulit bersaing dengan sinetron.

"Kalau share-nya besar, kita melihat share-nya besar. Kita seneng, misalnya 23 persen, kan dari total itu. Rakyat Indonesia berapa? Kita udah bisa ngitung, household-nya, TV nya yang nonton satu rumah bisa empat sampai lima orang," tuturnya.***

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: YouTube Podcast V's Boxing Indonesia


Tags

Terkait

Terkini