Gaya Komentator Piala Presiden 2022 Kembali Tuai Polemik, Rendra Soedjono Jelaskan Alasan Sebenarnya

- 20 Juni 2022, 18:42 WIB
Gaya Komentator Piala Presiden 2022 Kembali Tuai Polemik, Rendra Soedjono Jelaskan Alasan Sebenarnya.
Gaya Komentator Piala Presiden 2022 Kembali Tuai Polemik, Rendra Soedjono Jelaskan Alasan Sebenarnya. /Instagram.com/@rendrasoedjono

KABAR BESUKI - Baru-baru ini media sosial kembali diributkan dengan polemik gaya komentator Piala Presiden 2022.

Mencuatnya kembali polemik gaya komentator Piala Presiden 2022 berjalan bersamaan dengan seruan untuk memboikot siaran langsung pertandingan yang disiarkan pada pukul 20.30 WIB seiring dengan terjadinya insiden di Gelora Bandung Lautan Api (GBLA).

Sama halnya dengan Piala Menpora 2021 lalu, pada ajang Piala Presiden 2022 juga terjadi polemik mengenai gaya komentator yang dibawakan oleh Valentino Simanjuntak hingga rekannya, Rendra Soedjono turut membeberkan alasan di balik hal tersebut.

Baca Juga: Link Live Streaming Bali United vs Persebaya Surabaya di Piala Presiden 2022 Malam Ini, Tayang di TV Indosiar

Kehadiran Valentino Simanjuntak yang disebut-sebut telah merubah 'pakem' gaya komentator pertandingan sepak bola di televisi Indonesia sejak penayangan Piala AFF U19 2013 di MNCTV telah menuai polemik sejak saat itu pula.

Banyak pro dan kontra terhadap gaya komentator ala Valentino Simanjuntak karena dinilai sangat bombastis sekaligus menimbulkan kebisingan.

Di sisi lain, Valentino Simanjuntak sempat menolak tawaran dari produser MNCTV untuk membawakan pertandingan sepak bola dengan gaya bombastis, karena sebelumnya dia cenderung lebih banyak menjadi host untuk pertandingan sepak bola mancanegara di GTV (saat menayangkan Liga Inggris musim 2010-2013).

Namun, tawaran tersebut akhirnya diterima setelah pria yang akrab dengan jargon 'Jebreeet'-nya itu memperoleh referensi gaya komentator dari Amerika Latin dan Italia.

Jika mengacu pada cuplikan gol dari tayangan sepak bola yang disiarkan oleh stasiun televisi di wilayah negara tersebut, gaya komentator pada siaran langsung yang dibawakannya terkesan bombastis dan lebih ekspresif.

Baca Juga: Valentino Simanjuntak Tak Ingin Setengah-setengah Sebagai Host dan Komentator Olimpiade Tokyo 2020 di Indosiar

Meski kehadiran Valentino Simanjuntak memberikan suasana baru di kancah pertelevisian Indonesia, namun gaya komentator seperti yang dibawakannya semakin menuai polemik di kalangan pecinta sepak bola khususnya pasca Asian Games 2018.

Pasalnya sejak Piala Presiden 2017, Valentino Simanjuntak mulai memperkenalkan berbagai kosa kata 'khas' yang terdengar tak berhubungan dengan sepak bola, namun digunakan sebagai kiasan untuk menyebut kejadian tertentu dalam pertandingan.

Penggunaan istilah tersebut masih terus dipertahankan hingga Piala Presiden 2022, meskipun tidak lagi intensif seperti dahulu.

Banyaknya kritik dari sejumlah kalangan tak membuat Indosiar bergeming, bahkan terus menggunakan jasa Valentino Simanjuntak sebagai salah satu sportcaster sekaligus komentator untuk play by play di berbagai tayangan olahraga yang disiarkannya.

Mengenai hal tersebut, Rendra Soedjono yang merupakan rekan Valentino Simanjuntak ikut angkat bicara.

Baca Juga: Hadi Gunawan Sebut Komentator Sepak Bola Harus Menguasai Kaidah Jurnalistik dan Punya Referensi

Rendra Soedjono memberikan alasan bahwa setiap stasiun televisi khususnya di Indonesia memiliki gaya siaran yang beraneka ragam.

"Setiap TV station itu punya gaya siaran yang berbeda-beda," kata Rendra Soedjono sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari akun Instagram @rendrasoedjono pada 10 Juli 2021.

Rendra Soedjono mengungkapkan, SCTV dan Indosiar memperbolehkan setiap host dan komentator untuk membawakan siaran langsung pertandingan olahraga dengan gaya yang lebih santai dan fleksibel namun dengan tetap menjaga marwah olahraga itu sendiri.

"Seperti di sini (SCTV dan Indosiar) siarannya boleh santai yang penting tetep terjaga marwah sepakbolanya," ujarnya menambahkan.

Pria pemilik jargon 'Jeger' dan 'Sukardi Percaya' itu juga menjelaskan, dirinya dan rekan-rekannya sebagai talent dituntut untuk memenuhi keinginan dari stasiun televisi yang mengontraknya.

Akan tetapi, dia juga menegaskan bahwa talent juga tetap harus memiliki karakter di samping juga harus mencoba memenuhi keinginan client.

"Sebagai talent kita harus bisa memenuhi keinginan dari TV station yang mengontrak kita dan yang terpenting tetap sesuai karakter kita dalam nge-Jeger," tuturnya.***

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: Berbagai Sumber Instagram @rendrasoedjono


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah