KABAR BESUKI - Sebagian orang Indonesia mungkin masih meyakini berbagai mitos seputar pernikahan, meski tak sepenuhnya dianggap benar di zaman sekarang.
Banyak mitos seputar pernikahan di sekitar kita yang tak sepenuhnya benar di zaman sekarang, terlebih ketika kran pengetahuan dibuka lebar-lebar dengan adanya kemajuan teknologi.
Namun, ada kalanya sebagian muda-mudi yang akan maju ke jenjang pernikahan masih mengikuti mitos tersebut meski dalam keadaan terpaksa karena tak ingin dianggap mendurhakai orang tuanya.
Baca Juga: 5 Mitos Tanaman Bambu Kuning, Salah Satunya Sebagai Penangkal Sihir
Berikut tiga mitos seputar pernikahan yang tak sepenuhnya benar di zaman sekarang sebagaimana dirangkum Kabar Besuki dari berbagai sumber, antara lain:
1. Perceraian Sebagai Hal yang Paling Ditakuti Wanita
Banyak orang mengatakan bahwa perceraian merupakan hal terbesar yang paling ditakuti oleh wanita.
Apabila mengacu pada syariat Islam, pria memiliki hak untuk menjatuhkan talak sehingga kata 'cerai' yang diucapkan oleh seorang suami dapat mengakibatkan berakhirnya sebuah pernikahan meski gugatan belum diajukan kepada pengadilan.
Faktanya, di zaman sekarang ini hal sebaliknya justru marak terjadi, di mana pria justru cenderung lebih takut dengan ancaman perceraian dibandingkan dengan wanita.
Pasalnya, dalam beberapa waktu terakhir jumlah gugatan perceraian di Pengadilan Agama seluruh Indonesia didominasi oleh permintaan dari pihak wanita dibandingkan pria, dan faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab utamanya.
Sehingga, tak mengherankan jika banyak pria rela menjadi budak cinta alias 'bucin' demi terpenuhinya segala keinginan wanita yang telah menjadi istri sahnya atau sekedar tak ingin kehilangan wanita yang dia cintai.
2. Orang Jawa Dilarang Menikah dengan Orang Sunda
Sebagian masyarakat khususnya bagi generasi tua masih meyakini bahwa orang Jawa dilarang menikah dengan orang Sunda, baik dari pihak pria maupun wanita.
Beredarnya mitos tersebut diduga disebabkan oleh tragedi Perang Bubat, ketika Prabu Hayam Wuruk yang berasal dari Jawa berniat memperistri Putri Dyah Pitaloka Citraresmi yang berasal dari Sunda.
Tragedi Perang Bubat membuat banyak masyarakat tradisional meyakini bahwa pernikahan antara orang Jawa dan orang Sunda berpotensi hanya memicu huru-hara di kemudian hari.
Faktanya, di zaman sekarang banyak orang Jawa dan orang Sunda yang memutuskan untuk menikah justru memiliki keluarga yang harmonis hingga menghasilkan keturunan yang berkualitas.
Tingginya perkembangan pendidikan serta mobilitas di era modern membuat banyak orang tak lagi meyakini sebuah mitos ketika memutuskan untuk maju ke jenjang pernikahan.
3. Adik Dilarang Melangkahi Kakak dalam Pernikahan
Sebagian masyarakat Indonesia masih meyakini mitos bahwa adik tidak boleh melangsungkan pernikahan mendahului kakak-kakaknya.
Dalam mitos tersebut, adik yang melangkahi kakak dalam urusan pernikahan dianggap menjadikan sang kakak kesulitan dalam menemukan jodohnya.
Faktanya, tak sedikit pula kakak yang justru baru menemukan jodohnya tak lama setelah sang adik melangsungkan pernikahan.
Terlebih, sebagian anak yang berusia lebih tua dari sang adik memiliki pertimbangan untuk menunda menikah dengan sejumlah alasan khusus, baik dari dirinya sendiri maupun kekasihnya.
Bahkan, salah seorang publik figur yang berstatus sebagai anak kedua dari tiga bersaudara memutuskan untuk menikah di saat kakaknya belum menikah bahkan hingga usianya menginjak 30 tahun ke atas.
Demikian informasi mengenai tiga mitos seputar pernikahan yang tak sepenuhnya benar di zaman sekarang, semoga artikel ini bermanfaat.***