KABAR BESUKI - Tak ingin larut dalam suasana pandemi, Suyono (43) salah satu warga disabilitas di Banyuwangi menjadi salah satu contoh kisah inspiratif yang dapat kita ambil hikmahnya.
Ia tuna rungu sejak lahir. Namun, semangatnya untuk menghidupi istrinya, Eliana (41) dan 2 orang anaknya tak kalah dengan manusia yang normal lainnya.
Sebelum pandemi Covid-19, Ia berjualan keripik rasa-rasa dari sekolah ke sekolahan yang lain, hingga mampu menyekolahkan Afrizki Dova Pratama (16) hingga saat ini, di bangku SMKN Glagah Banyuwangi.
Baca Juga: 5 Hal Ini yang Perlu Dilakukan Saat Suami Pulang Kerja Agar Hubungan Tetap Harmonis
Anak kedua, Kirana Anggraini (10), pasangan tuna rungu ini, kini sekolah di SDN 3 Panderejo. Namun, usaha keripik rasa-rasa yang berjalan sekitar 17 tahun itu terhenti akibat semua sekolah diliburkan akibat pandemi.
Baca Juga: Memasuki Masa Tenang, Paslon Pilkada Banyuwangi Diminta Melepas APK dan Tak Lakukan Kampanye Lagi
Tak mau berpangku tangan, 3 bulan sejak pertengahan Maret lalu, Suyono mengaku mencari-cari usaha baru. Akhirnya, idepun muncul dari seorang saudaranya, membuat minuman buah alpukat yang dicampur susu. Alpukat kocok nama usaha barunya itu.
"Dulu saya bekerja sebagai tukang las di daerah Wongsorejo. Sejak menikah beralih kerja berjualan keripik rasa-rasa di sekolah-sekolah," kata pria yang lahir 1977 di Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi itu melalui penerjemah, Alfian Krisna, Sabtu (5/12/2020).