Network
KABAR BESUKI - Onychophagia atau menggigit kuku, adalah kebiasaan yang cukup umum. Menurut ahli kesehatan di University of Michigan, sekitar setengah dari semua remaja menggigit kuku dan kebanyakan orang berhenti setelah usia 30 tahun.
Menggigit kuku dapat disebabkan oleh stres, kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif, atau hanya karena bosan dan gelisah. Mungkin tampak tidak berbahaya, tetapi dapat mengundang bakteri, virus, atau jamur untuk masuk ke dalam tubuh dan aliran darah, meningkatkan peluang terkena infeksi yang parah, termasuk virus korona.
Dilansir dari The Healthy, kata Purvi Parikh, MD, ahli di New York City mengatakan,"Menggigit kuku sangat berisiko saat ini karena virus dapat hidup di permukaan kuku dan paling sering ditularkan ke wajah hanya dengan menyentuhnya. Dan jika seseorang menggigit kuku, maka beresiko menelan virus, bakteri dan patogen lain”.
Baca Juga: Terlahir Sebagai Putri Raja, Berikut Potret Kehidupan Sederhana Para Putri Kerajaan di Dunia Modern
Patogen paling umum yang bersembunyi di bawah kuku kita adalah Staphylococcus, Streptococcus, dan bakteri Coryneform, yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka di kulit atau tertelan ketika menggigit kuku.
Tidak hanya itu, jamur dermatofita juga dikenal sebagai kurap, terdapat di kuku dan akan sangat menjijikkan ketika hal itu tertelan. “Idealnya kuku harus dibuat pendek, dan sering mencuci tangan harus dilakukan,” kata Parikh di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
Menurut CDC, tangan yang bersih adalah faktor terpenting dalam mencegah penyebaran patogen dan resistensi antibiotik dalam rangkaian perawatan kesehatan. Ada lebih dari 200 virus flu yang beredar pada waktu tertentu.
Baca Juga: Perusahaan Bernilai 11 Kudriliun, Ini 4 Fakta Menarik Perusahaan Mobil Tesla
Meskipun faktor risiko untuk terpapar adalah sistem kekebalan yang lemah, disarankan untuk menjauhkan tangan dari wajah terutama mulut dan hidung. Sering-sering mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
