- Komunikasi
Petakan bagaimana komunikasi Anda dengan anak serta menantu. Apakah sudah sehat? Apabila belum terlalu dekat, bisa dimulai dengan bertanya secara personal kepada anak kandung terlebih dahulu.
Komunikasi yang lancar antara ibu mertua dan menantu memang tidak bisa mencair hanya dalam semalam. Perlu waktu untuk membangun ikatan dan kedekatan satu sama lain.
- Terima apa adanya
Bagaimanapun sikap menantu, dia adalah sosok yang dipilih anak Anda sebagai pendamping hidupnya. Mertua pun sudah memberikan restu ketika mereka mengikat janji di jenjang pernikahan. Artinya, tugas mertua adalah menerima mereka apa adanya, termasuk yang dirasa kurang cocok dengan prinsip Anda.
- Tidak meminta anak memilih
Ketika peran sebagai ibu harus bergeser karena anak sudah memiliki pasangan, ingat bahwa ini bukan kompetisi. Jangan tempatkan anak di posisi sulit seperti memilih antara ibu atau pasangannya. Bahkan, jangan pernah melontarkan kalimat semacam itu meski hanya dalam konteks bercanda.
- Tawarkan bantuan nyata
Apabila ingin menawarkan bantuan, komunikasikan dengan gamblang. Sebagai contoh, tawarkan untuk menjaga anak agar menantu bisa beristirahat sejenak atau sekadar pergi keluar meski hanya 1-2 jam. Ini bisa menjadi cara untuk mencairkan suasana serta membangun respek satu sama lain.
- Hargai keputusan anak dan pasangan
Apapun keputusan anak, hormati itu. Jangan fokus pada hal negatif yang justru menjebak Anda menjadi rentan sakit hati. Pahami betul bahwa mertua tidak harus selalu ikut pada setiap kegiatan anak dan pasangannya. Mereka berhak punya privasi dan keputusan sendiri.
Begitu pula halnya bagi mertua yang tinggal satu kota dengan anak dan menantu. Jangan menuntut mereka untuk selalu datang berkunjung setiap akhir pekan.