Seperti dilansir Kabar Besuki dari Instagram @jevuska, Tsutomu, terlahir dalam keadaan prematur pada bulan Agustus 1962. Ia dalah anak hasil dari hubungan terlarang antara ayahnya dan salah satu saudari kandungnya.
Baca Juga: Bayi yang Lahir di Masa Pandemi Covid-19 Ternyata Berpotensi Punya IQ Rendah, Ini Penyebabnya
Hal itu membuatnya memiliki kelainan pada pergelangan tangannya. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan kelainan, seperti memakan abu kremasi kakeknya sendiri.
Ia bahkan memiliki kecenderungan untuk bunuh diri sejak kematian sang kakek. Sebab, ia sangat dekat dengan kakeknya. Di sekolah, Tsutomu juga dikucilkan oleh teman-temannya karena keadaannya tersebut.
Hingga ia akhirnya terbiasa hidup menyendiri sejak saat itu. Ia juga tak mau bersosialisasi dengan lingkungannya. Ia memilih untuk menyendiri dengan membaca komik kegemarannya.
Itu juga yang membuatnya menjadi otaku. Memiliki masa lalu yang kejam, Tsutomu lantas melakukan tindakan kriminal.
Ia membunuh empat gadis muda pada 1988-1989. Empat gadis itu berusia antara 4-7 tahun. Tsutomu mulanya menculik korbannya, llau dibunuh. Selain dibunuh, ia juga melakukan aktivitas seksual pada mayat korban.
Baca Juga: Pria yang Suka Foto dengan Kucing di Media Sosial Ternyata Lebih Rentan Jomblo Lho, Ini Penyebabnya
Tak hanya itu, ia bahkan memakan salah satu potongan tangan korban, dan tangan lainnya dijadikan pajangan. Sementara darah korbannya juga diminum.
Usai melakukan aksi kejinya itu, Tsutomu akan mengirimkan surat pada keluarga korbannya yang berisi detail pembunuhan. Ia juga akan memberikan panggilan kosong pada mereka.
Suatu hari, saat Tsutomu hendak menculik korbannya, ia ketahuan. Saat itu, ia kepergok ayah dari calon korbannya dan dilaporkan ke polisi.
Lalu polisi menggeledah rumahnya dan ditemukan berbagai buku, video porno, dan potongan mayat.
Baca Juga: Gelar Promo 9.9, Shopee Gandeng Jackie Chan dan Joe Taslim di Iklan Terbarunya!
Usai ditangkap, ayah Tsutomu yang mengetahui perbuatan putranya itu menolak untuk melakukan pembelaan dan bunuh diri.
Ia justru mengatakan jika perbuatannya itu dilakukan untuk kebaikan. Akhirnya, atas perbuatannya tersebut, Tsutomo dijatuhi hukuman mati.***