Membelot ke Palestina, Eks Tentara Israel Sebut Negaranya Sebagai Penjahat Perang dan Organisasi Teroris

- 18 Mei 2021, 17:22 WIB
Yonatan Shapira eks tentara Israel yang membelot ke Palestina./Instagram/@akinci.007
Yonatan Shapira eks tentara Israel yang membelot ke Palestina./Instagram/@akinci.007 /
KABAR BESUKI - Di Israel dan kalangan militer, ada beberapa orang yang menentang kebijakan pendudukan serta penindasan pemerintahan Israel terhadap Palestina. Shapira adalah salah satunya. 
 
Pemerintah Israel dan komandan militer adalah penjahat perang. Hal itu diutarakan Yonatan Shapira, seorang mantan pilot Angkatan Udara Israel, yang diberhentikan dari militer pada tahun 2003.
 
Shapira adalah sosok yang meluncurkan kampanye yang mendorong anggota militer lainnya untuk tidak mematuhi perintah untuk menyerang warga Palestina, yang menyebabkan mereka dikeluarkan atau dipecat dari tentara
 
Setelah ditendang dari militer, Shapira dipecat dari semua pekerjaan yang dia ambil saat dia berpartisipasi dalam demonstrasi untuk mendukung hak-hak orang Palestina dan menarik perhatian pada "kejahatan perang" yang dilakukan oleh tentara Israel dengan mengadakan konferensi internasional. 
 
Dia harus pindah ke Norwegia dan melanjutkan hidupnya di sana.
 
Shapira dan sekitar 27 pilot militer telah diberhentikan dari pos mereka di Angkatan Udara Israel sejak tahun 2003 silam. 
 
Shapira menjelaskan alasan dia bergabung dengan militer Israel dan bagaimana dia menyadari bahwa dirinya menjadi bagian dari "organisasi terorisme".
 
"Saya menyadari selama Intifada kedua, apa yang dilakukan Angkatan Udara Israel dan militer Israel adalah kejahatan perang dengan meneror populasi jutaan orang Palestina. Ketika saya menyadari itu, saya tdak hanya memutuskan untuk pergi tetapi mengajak pilot lain yang secara terbuka untuk menolak mengambil bagian di dalam kejahatan ini," ujar Shapira dilansir Kabar Besuki dari Anadolu Agency, Senin, 17 Mei 2021.
 
Shapira mengatakan, seorang anak di Israel dibesarkan dalam pendidikan militeristik Zionis yang sangat kuat. 
 
Mereka tidak mengetahui apapun tentang Palestina, termasuk tentang Hari Nakba pada 1948 dan penindasan yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina.
 
"Mereka dikirim untuk melempar rudal dan bom di pusat kota Palestina. Pada titik tertentu, saya menyadari bahwa ini adalah tindakan terorisme," kata Shapira merujuk pada pilot di skuadron lain yang terlibat dalam pembunuhan massal warga sipil.
 
Shapira mengatakan, tujuannya bergabung dengan militer adalah untuk melindungi warga.
 
Namun, jika ingin melindungi warga, dia harus berada di samping Palestina dan bukan menjadi bagian dari tentara Israel.
 
"Ini proses psikologis dan sangat sulit. Begitu menyadari bahwa Anda adalah bagian dari organisasi teroris, Anda harus mengatakan tidak. Anda harus mengambil konsekuensi," ujarnya.
 
Shapira sampai harus menggelar konferensi internasional untuk mengungkap kejahatan perang zionis terhadap Palestina. Saat ini, Shapira telah pindah dan melanjutkan hidupnya di Norwegia.  
 
"Saya adalah bagian dari Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi. Israel adalah negara apartheid. Dan saya mengatakan pemerintah dan komandan saya adalah penjahat perang," kata Shapira.
 
Dia menyadari selama Intifada kedua, apa yang dilakukan Angkatan Udara dan militer Israel adalah kejahatan perang.

Ada teror terhadap populasi jutaan orang Palestina. Dan saat menyadari itu, dia tidak hanya memutuskan untuk pergi.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: Anadolu Agency


Tags

Terkini

x