Israel Waspadai Presiden Baru Iran Ebrahim Raisi, Ulama Syiah Garis Keras yang Berjuluk Jagal Teheran

- 20 Juni 2021, 16:44 WIB
Ibrahim Raisi presiden Baru Iran.
Ibrahim Raisi presiden Baru Iran. /@centerforhumanright//Instagram/

KABAR BESUKI - Mengantongi kemenangan telak, Ebrahim Raisi menang pemilu Iran. Ia terpilih sebagai presiden baru Iran setelah mendapat suara hampir 18 juta dari 28,9 juta suara yang diberikan dalam pemungutan suara sehari sebelumnya.

Ebrahim Raisi dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden Iran pada hari Sabtu, 19 Juni 2021, dalam pemilihan yang secara luas dipandang dirancang untuk mendukungnya.
 
Israel bereaksi atas kemenangan Ebrahim Raisi dalam pemilihan presiden Iran. Israel mengatakan masyarakat internasional harus memiliki keprihatinan serius dengan terpilihnya Raisi. 
 
Israel mengatakan Raisi adalah presiden paling ekstrem dan akan meningkatkan aktivitas nuklir Iran.
Baca Juga: Peringati Hari Ayah Sedunia 2021, Dwayne Johnson ‘The Rock’ Tulis Pesan Menyentuh Hati

“Presiden baru Iran, yang dikenal sebagai Jagal Teheran, adalah seorang ekstremis yang bertanggung jawab atas kematian ribuan orang Iran. Dia berkomitmen pada ambisi nuklir rezim dan kampanye teror globalnya,” kata Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid di Twitter yang dikutip Kabar Besuki dari Arab News, Minggu, 20 Juni 2021.
 
Raisi merupakan seorang hakim sekaligus ulama Syiah garis keras berusia 60 tahun. Dia dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat (AS) atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia.
 
Menteri Dalam Negeri Iran Aboldreza Rahmani Fazli menuturkan, ulama Syiah garis keras itu meraup 61,95 persen suara.
 
Dalam sebuah pernyataan setelah kemenangannya, dia berjanji untuk meningkatkan kepercayaan publik kepada pemerintah, dan menjadi pemimpin bagi seluruh bangsa.
 
"Saya akan membentuk pemerintahan yang bekerja keras, revolusioner dan anti korupsi," katanya seperti dikutip dari Arab News
 
Mengutip Al Monitor, Ebrahim Raisi disebutkan lahir pada tahun 1960 di sebuah desa kecil dekat kota suci Masyhad, yang merupakan kota terbesar kedua di Iran.
 
Sebagai seorang remaja, ia memasuki sebuah seminari di Qom, di mana ia belajar di bawah Khamenei dan berpartisipasi dalam protes terhadap Shah.
 
Iran dan Israel telah lama berada dalam perang bayangan (shadow war), yang mengakibatkan kedua negara mengambil bagian dalam aksi balas dendam.
 
Tetapi sejauh ini keduanya menghindari konflik terbuka. Namun belakangan, permusuhan antara keduanya kembali meningkat.
 
Iran menuduh Israel di balik pembunuhan ilmuwan nuklir utamanya tahun lalu dan serangan terhadap salah satu pabrik pengayaan uraniumnya pada April.
 
Sedangkan Israel tidak percaya, program nuklir Iran untuk perdamaian, dan yakin negara itu telah membangun senjata nuklir.
 
Israel melihat Iran yang bersenjata nuklir sebagai ancaman eksistensial. Namun Teheran membantah berusaha mendapatkan senjata nuklir.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: Arab News Al Monitor


Tags

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x