KABAR BESUKI - Pengamat politik dan akademisi Rocky Gerung kembali mengkampanyekan pentingnya presidential treshold nol persen yang berdampak pada perubahan kebijakan dalam berbagai bidang.
Rocky Gerung menyoroti bidang olahraga sebagai salah satu bidang yang perlu menjadi perhatian serius di balik kampanye presidential treshold nol persen yang selama ini digaungkan.
Rocky Gerung menyebut presidential treshold nol persen bisa menghasilkan perubahan kebijakan olahraga Indonesia secara menyeluruh.
Mantan pengajar sekaligus alumni Universitas Indonesia (UI) menegaskan bahwa perubahan kebijakan olahraga Indonesia dapat terwujud jika terjadi perubahan iklim politik di tanah air dengan hadirnya sosok yang benar-benar peduli terhadap dunia olahraga.
"Perubahan politik itu juga bisa menghasilkan nanti perubahan kebijakan olahraga," kata Rocky Gerung sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari kanal YouTube Rocky Gerung Official dalam sebuah video yang ditayangkan pada Kamis, 30 Desember 2021.
Sebagaimana diketahui, dunia olahraga Indonesia masih kerap dihantui oleh berbagai problem yang masih menjadi 'benang kusut'.
Sepak bola Indonesia dalam satu dekade terakhir masih belum memberikan prestasi yang signifikan, meski Indonesia sempat meraih gelar juara di ajang AFF U-19 2013, AFF U-16 2018, dan AFF U-22 2019.
Sementara pada ajang AFF Suzuki Cup yang dahulu bernama Piala Tiger, Indonesia sejauh ini maksimal hanya mampu mencapai runner-up yakni pada edisi 2000, 2002, 2004, 2010, dan 2016.
Persoalan dalam internal federasi yakni PSSI hingga beberapa isu tak sedap dalam kompetisi domestik khususnya terkait match fixing disinyalir menjadi sebagian dari faktor penghambat Indonesia untuk berprestasi di kancah Asia bahkan dunia.
Tak hanya sepak bola, cabang olahraga bulutangkis juga memiliki masalah yang tak kalah pelik meski beberapa atlet mampu menorehkan prestasi yang membanggakan di ajang Olimpiade maupun sejumlah turnamen dalam rangkaian BWF World Tour, serta kembalinya trofi Thomas Cup ke pangkuan ibu pertiwi.
Salah satu legenda bulutangkis tanah air bahkan menilai tak semua pengurus dan staf PBSI memahami tentang bulutangkis, apalagi mengelola cabang olahraga tersebut dengan baik dan benar.
Baca Juga: Oknum Pemain dan Pelatih Perserang Diduga Terlibat Match Fixing, Bung Towel Tagih Janji Iwan Bule
Selain itu, Indonesia juga mengalami masalah yang terbilang serius di kancah olahraga internasional ketika memperoleh sanksi dari Badan Anti Doping Dunia (WADA).
Indonesia dianggap tak memenuhi sejumlah persyaratan yang diminta oleh WADA terkait tes doping bagi para atletnya, terlebih pada saat pandemi Covid-19 melanda yang mengakibatkan beberapa event domestik maupun internasional sempat tak dapat digelar di tanah air.
Akibat hal tersebut, Indonesia tak diizinkan untuk mengibarkan bendera merah putih pada saat berlangsungnya victory ceremony usai menyabet gelar juara Thomas Cup 2020.
Bahkan lebih parah lagi, Indonesia bisa saja tak diizinkan untuk membawa nama negara (meski masih diperbolehkan untuk bertanding) hingga tak dapat menjadi tuan rumah untuk berbagai ajang olahraga internasional jika sanksi WADA yang masih berada di level rendah tak direspons secara serius.
Dari segi anggaran untuk olahraga, Indonesia masih terbilang minim jika dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya terutama Thailand.
Padahal, banyak kalangan menilai bahwa olahraga merupakan salah satu hal yang dapat mengangkat derajat sebuah negara meski memiliki tingkat perekonomian yang rendah.
Atas dasar tersebut, Rocky Gerung menganggap bahwa pemerintah harus mengevaluasi seluruh kebijakan keolahragaan di Indonesia sembari mengevaluasi kebijakan politiknya.
"Kita evaluasi seluruh kebijakan keolahragaan sambil bikin hal yang lebih penting, yaitu mengevaluasi politik," tuturnya.***