Sejarah Hari Kartini dan Kisahnya, Perjuangan Kartini untuk Memberdayakan Perempuan di Indonesia

- 21 April 2022, 11:21 WIB
Hari Kartini dan sejarahnya/dok.Kabar Besuki.
Hari Kartini dan sejarahnya/dok.Kabar Besuki. /

Beberapa buku yang memiliki isi yang cukup ‘berat’ yang dibaca oleh Kartini antara lain Max Havelaar, Surat-Surat Cinta karya Multatuli, De Stille Kraacht, Die Waffen, dll. Kartini juga gemar membaca buku – buku sosial, politik, roman, perempuan, dan pengetahuan dari penulis – penulis terkenal pada masa itu seperti, Louis Coperus, Van Eeden, Augusta de Witt, Goekoop de-Jong, Van Beek, Berta Von Suttner, dll.

Baca Juga: Benarkah Sosok Asli R.A Kartini Menggunakan Jilbab dan Berkacamata? Simak Ulasan Berikut! [Cek Fakta]

Dari kebiasaan membaca dan tukar pikiran dengan perempuan – perempuan barat, Kartini mulai tertarik dengan pola pikir perempuan eropa pada saat itu. Membandingkan dengan perempuan pribumi pada saat itu, strata perempuan pribumi masih tergolong sangat rendah dan jauh dibandingkan dengan perempuan eropa.

Hal inilah yang mendorong R.A Kartini untuk memajukan status perempuan pribumi. Keinginannya tidak semata hanya memajukan strata atau derajat perempuan pada masa itu, namun juga yang berhubungan dengan masalah sosial. Perhatiannya adalah memperjuangkan hak perempuan agar memiliki kebebasan, otonom juga perlakuan hukum yang sama dalam masyarakat.

R.A Kartini menikah dengan K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, seorang bupati Rembang yang pernah menikah 3x, pada tanggal 12 November 1903 pada usia ke-24. Oleh karena cita – citanya, suaminya memberi kebebasan kepada Kartini untuk melaksanakan fokus dan tujuannya semula.

Setelah itu, Kartini mulai merealisasikan mimpinya untuk memajukan perempuan dengan mendirikan sekolah perempuan yang terletak di sebelah timur pintu gerbang kantor bupati Rembang (kini menjadi Gedung Pramuka).

Perjuangan Kartini tidak berhenti sampai disana, karena Yayasan Sekolah Kartini mulai didirikan dibanyak tempat, seperti di Semarang pada tahun 1912, diikuti di Surabaya, Cirebon, Yogyakarta, Madiun, Malang dan wilayah lainnya yang tersebar di Nusantara. Adapun tokoh yang turut membantu pembangunan sekolah Kartini tersebut adalah seorang tokoh olitik etis Belanda yang bernama Van Deventer.

Hari Kartini pertama kali diresmikan sebagai salah satu hari nasional oleh Presiden pertama RI, Soekarno Hatta berdasarkan Kepres RI no.108, tanggal 2 Mei 1964 serta menetapkan R.A Kartini sebagai salah satu pahlawan perempuan di Indonesia. Hari Kartini ditetapkan pada tanggal 21 April sesuai dengan hari kelahiran Kartini.

Baca Juga: Lirik Lagu ‘Ibu Kita Kartini’ yang Menginspirasi Wanita Masa Kini

Kebesaran nama Kartini dan cita-citanya diabadikan menjadi nama jalan yang bukan saja terdapat di Indonesia, tetapi juga di negara Belanda dengan nama R.A Kartinistraat, seperti di Ultretch, Venlo, Amsterdam Zuidoost, Bilmer (ditulis dengan lengkap jl. Raden Ajeng Kartini), Haarlem. Nama Kartini juga dijadikan sebagai nama jalan di Jakarta Pusat.

Halaman:

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: Patikab.go.id


Tags

Terkait

Terkini

x