“Tahun 2014, gue ke Palestina untuk syuting sebuah program Ramadan. Sewaktu gue dan salah satu kru masuk Masjidil Aqsha untuk salat zuhur dan ambil gambar, gue ditahan di gerbang masuk oleh tentara Israel karena bawa tripod dan wireless mic. Anehnya, walaupun tentara itu bersenjata lengkap, gue nggak merasa takut,” tulis cerita Fedi Nuril melalui caption unggahan Instagram nya dengan nama pengguna @fedinuril.
Menurut Fedi Nuril, yang terjadi antara Palestina dan Israel bukanlah perang melainkan perebutan wilayah.
Sayangnya, Israel didukung persenjataan yang lengkap dan canggih dari negara besar seperti Amerika Serikat. Sedangkan Palestina hanya menggunakan senjata seadanya.
“Apa yang terjadi di Palestina bukan perang, tapi perebutan paksa. Tentara Israel didukung teknologi militer dari US dan negara maju lain, sedangkan rakyat Palestina bertahan dengan persenjataan seadanya,” tulis Fedi Nuril.
Menurut Fedi Nuril, ideologi agama menjadi salah satu alasan Israel menyerang Palestina. Padahal faktanya 20 persen penduduk Palestina beragama Katolik dan Protestan.
“Ideologi agama digunakan sebagai pembenaran atas pendudukan Israel di Palestina. Sedangkan faktanya, 20 persen dari jumlah penduduk Palestina beragama Katolik dan Protestan, dan mereka pun menjadi korban penyerangan tentara Israel,” tulis Fedi Nuril.
Lebih menyedihkan lagi bahwa populasi non-Muslim juga menjadi korban kekejaman di antara orang-orang Israel.***