Alasan Siaran Olahraga di TV Nasional via Parabola Diacak, Salah Satunya Mengurangi Pembajakan

25 Mei 2022, 09:57 WIB
Alasan Siaran Olahraga di TV Nasional via Parabola Diacak, Salah Satunya Mengurangi Pembajakan. /Ilustrasi/PIXABAY/TheoLeo

KABAR BESUKI - Bagi Anda yang selama ini menyaksikan saluran TV nasional via parabola, seringkali Anda mengeluhkan mengenai siaran olahraga yang kerap diacak.

Sejak bertambahnya jumlah TV nasional (dalam hal ini TV swasta) yang mengudara secara gratis, penggunaan parabola di kalangan masyarakat Indonesia cenderung meningkat karena tidak semua TV nasional mendirikan stasiun pemancarnya di setiap daerah.

Sejak saat itu pula, pengacakan bukan hal yang asing bagi Anda yang selama ini memperoleh akses stasiun TV nasional via parabola, khususnya pada saat siaran olahraga berlangsung.

Tak hanya dilakukan oleh TV nasional yang berstatus sebagai TV swasta, TVRI pun juga seringkali diacak untuk pengguna parabola ketika menayangkan siaran olahraga tertentu.

Bahkan, pengacakan pada siaran olahraga dalam satu dekade terakhir juga merambah pada kompetisi dalam negeri.

Baca Juga: Kronologi Pengacakan Siaran MotoGP di Trans7 Sejak Akhir Juni 2021 Hingga Kini, Simak Selengkapnya

Berikut sejumlah alasan siaran olahraga di TV nasional via parabola diacak sebagaimana telah dirangkum Kabar Besuki dari berbagai sumber, antara lain:

1. Mencegah Luberan Siaran (Spill Over) ke Negara Tetangga

Salah satu alasan siaran olahraga di TV nasional via parabola diacak adalah untuk mencegah terjadinya luberan siaran (spill over) ke negara tetangga.

Umumnya, TV nasional yang menayangkan siaran olahraga internasional atau mancanegara hanya mengambil hak siar untuk wilayah Indonesia saja.

Sehingga, siaran olahraga yang dipancarkan oleh sebuah stasiun TV nasional hanya boleh ditangkap di negara yang merupakan kewenangannya.

Pengacakan dilakukan agar siaran yang dipancarkan melalui satelit tidak dapat ditangkap di negara tetangga, terlebih jika di negara tersebut sudah ada pihak lain yang memiliki hak siarnya (lebih-lebih jika pemegang hak siar di negara tersebut menerapkan sistem pay per view).

Jika hal tersebut dilanggar, stasiun TV nasional yang bersangkutan dapat terkena sanksi berupa teguran, denda, bahkan pencabutan hak siar dari rights holder.

Berkaca dari penayangan Piala Dunia 2002 silam, RCTI pernah memperoleh teguran dari KirchMedia (distributor resmi FIFA pada saat itu) karena delapan pertandingan pertama Piala Dunia 2002 sempat tertangkap di wilayah Singapura hingga India melalui satelit Palapa C2, meski hal tersebut bukan merupakan kesengajaan dari pihak RCTI untuk melanggar kontrak yang disepakatinya.

Baca Juga: Siaran MotoGP di Trans7 via Transvision Akan Diacak Mulai Musim 2022, Simak Cara Menonton Berikut Ini

2. Pembatasan Cakupan Platform Penayangan

Alasan lainnya yang mendasari siaran olahraga di TV nasional via parabola diacak adalah pembatasan cakupan platform penayangan dari pihak rights holder.

Dalam banyak kasus, stasiun TV nasional umumnya hanya memiliki hak siar pertandingan olahraga untuk platform free to air atau hanya boleh disiarkan melalui jaringan pemancar terestrial (yang dapat ditangkap dengan menggunakan antena UHF).

Terlebih, hak siar beberapa ajang olahraga diketahui dipegang oleh perusahaan atau institusi yang berbeda-beda untuk setiap platformnya.

Sebagai contoh, siaran PON XX Papua di TVRI diacak via parabola karena hak siar untuk platform satelit sudah dimiliki secara eksklusif oleh MNC Group melalui dua layanan TV berbayar miliknya, MNC Vision dan K-Vision yang menerapkan paket berlangganan untuk menonton siaran tersebut.

Contoh lainnya, MotoGP di Trans7 yang juga diacak via parabola baik melalui transponder asli di satelit Telkom 4 maupun melalui Transvision karena hak siar untuk platform satelit sudah dimiliki oleh MNC Vision dan K-Vision yang menjalin kontrak eksklusif dengan SPOTV selaku pemilik hak siar MotoGP untuk TV berbayar.

Meski demikian, platform non-terestrial yang memiliki hak siar sesungguhnya masih diperkenankan untuk mengambil siaran olahraga yang sama dari stasiun TV nasional yang memiliki hak siar untuk free to air, seperti beberapa pertandingan SEA Games 2021 di MNC Vision dan K-Vision yang mengambil sumber tayangan dari TVRI (yang di-relay oleh saluran MNC Sports) karena alasan teknis.

Baca Juga: Turnamen BWF di iNews via Parabola Tak Bisa Dibuka dengan BISS Key, Mengapa dan Bagaimana Solusinya?

3. Mengurangi Pembajakan

Berkaitan dengan dua poin sebelumnya, alasan lainnya yang mendasari siaran olahraga di TV nasional via parabola diacak adalah untuk mengurangi pembajakan oleh oknum pihak ketiga.

Dengan alasan ini pula, stasiun TV nasional yang semula menggunakan enkripsi BISS-1 atau BISS-E kemudian menggantinya dengan enkripsi lain seperti Xcrypt, Conax, RAS/NTL, dan lain-lain yang dianggap lebih aman dari potensi pembajakan oleh oknum pihak ketiga.

Sejak seri Mandalika 2022, Trans7 mulai mengganti enkripsi via parabola menjadi Xcrypt setiap berlangsungnya siaran MotoGP untuk mengurangi pembajakan yang dilakukan oleh operator TV kabel atau hotel yang tidak memiliki kontrak kerja sama dengan MNC Vision atau K-Vision selaku pemegang hak siar eksklusif saluran dan konten SPOTV yang di dalamnya mencakup siaran MotoGP.

Contoh lainnya, MNC Group bahkan menerapkan pengacakan permanen pada siaran RCTI, MNCTV, dan GTV via parabola untuk mengurangi pembajakan yang dilakukan oleh operator TV kabel maupun hotel yang tidak bekerja sama dengan MNC Vision Networks.

Adapun iNews yang tidak menerapkan hal serupa sebagaimana tiga seniornya, juga melakukan pengacakan via parabola saat siaran olahraga berlangsung untuk mengurangi pembajakan yang dilakukan oleh pihak ketiga.***

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler