Mengenal Bob Hasan, Manusia 'Langka' di Dunia Olahraga Indonesia

1 April 2020, 13:52 WIB
/

KABAR BESUKI - Dunia olahraga, khususnya atletik, merasa sangat kehilangan sosok Bob Hasan. Konglomerat itu meninggal dunia pada Selasa (31/3).

Bob Hasan meninggal dunia di usia 89 tahun. Bob Hasan diketahui mengidap penyakit kanker dan telah menjalani perawatan secara intensif sejak tiga bulan terakhir.

Para atlet dan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) tentu yang paling kehilangan sosok Bob Hasan. Bagaimana tidak, kontribusi besar mendiang seolah tak tergantikan sejak kali pertama menjadi Ketua Umum PB PASI pada 1976.

Olahraga di Indonesia tentu sangat membutuhkan sosok seperti Bob Hasan. Ironisnya, konglomerat yang mendedikasikan diri di dunia olahraga amat langka di Indonesia.

Masa depan PB PASI pun seolah di persimpangan jalan kehilangan sosok almarhum. Maklum, Bob Hasan yang selama ini memegang penuh kendali nakhoda mengarahkan organisasi sekaligus sebagai penyokong dana.

Om Bob, panggilan akrab Bob Hasan, seperti dua sisi mata uang. Di dunia bisnis, perhitungan salah satu konglomerat tanah air itu amat cermat dalam mengelola setiap unit usahanya.
Tak heran berkat ketekunan dan kecermatannya, bisnis kertas yang dirintis sejak 1970-an itu berkembang pesat.

Bob Hasan juga menjadi pemegang saham mayoritas perusahaan kertas, yakni Georgia Pacific. Ia resmi mengakuisisi perusahaan tersebut pada 1976.

Setelah sukses mengakuisisi perusahaan tersebut, Bob mendirikan perusahaan bernama Kalimanis Group.
Dari sukses bisnis itu pula, dia dijuluki sebagai Raja Hutan Indonesia. Bisnisnya meluas di sejumlah sektor seperti keuangan, asuransi, hingga otomotif.

Di dunia olahraga, kemampuan manajerial Bob Hasan digunakan untuk mengabdi mengangkat prestasi atletik Indonesia. Namun, Bob Hasan bukan konglomerat 'pelit' untuk menggelontorkan uang demi kemajuan atletik tanah air.

Dia seolah tak pernah bosan apalagi takut rugi untuk menjadi 'keran duit' di PB PASI menyokong prestasi dunia atletik Indonesia.

Mungkin tak terhitung lagi uang Om Bob sudah mengucur untuk kemajuan atletik Indonesia. Sebut saja salah satunya asrama pelatnas PB PASI didirikan dari kocek pribadinya.
Kebutuhan perut para atlet agar gizinya memenuhi standar, juga dari dana yang dikeluarkannya.

Tak segan-segan pula dia membiayai seluruh ongkos dan akomodasi para atletnya yang berprestasi untuk berjuang di luar negeri demi mengharumkan nama bangsa.

Ibarat pelari jarak jauh, daya tahan beliau luar biasa dalam memimpin PB PASI selama 44 tahun hingga tutup usia pada 89 tahun. Ketahanan itu pula di dunia olahraga yang hingga kini tak bisa ditandingi para konglomerat lain.
Om Bob amat disegani, bukan karena hanya karena berdompet tebal. Dia punya kharisma dengan arahan yang tegas dan jelas dalam menjadi nakhoda PB PASI.

Tengok saja dinamika kepengurusan PASI di bawah kepemimpinan Bob Hasan, bisa dibilang bersih dari konflik internal. Ketika kepengurusan lain seperti PSSI, PB PBSI, bahkan KONI maupun KOI, pernah dirundung konflik internal, PB PASI sepi dari kegaduhan-kegaduhan kepengurusan.

Sekalinya gaduh bukan karena masalah internal. Kegaduhan yang terjadi belakangan ini hanya sebatas pemanfaatan Stadion Madya untuk para atlet atletik.
Om Bob pernah secara tegas meminta kepada pemerintah, dalam hal ini Kemenpora, meminta peruntukan Stadion Madya khusus untuk para atlet atletik. Dia memang paling cerewet demi memfasilitasi para atletnya.

Tak heran sudah deretan pahlawan atletik di Indonesia dilahirkan selama masa kepengurusannya di PB PASI. Sebut saja mantan sprinter Indonesia Purnomo Yudho, Mardi Lestari, Supriati Sutono (pelari jarak jauh), Suryo Agung Wibowo (sprinter), Triyaningsih (lari jarak jauh), Dede Irawati (lari gawang), Maria Londa (lompat jauh), hingga yang terkini pelari cepat fenonemal, Lalu Muhammad Zohri.
Suryo Agung misalnya, pernah tercatat sebagai manusia tercepat di Asia Tenggara yang diciptakan pada SEA Games 2009 Vientianne, Laos. Rekornya diraih dengan catatan waktu 10,17 detik.

Catatan waktu itu sempat bertahan selama 10 tahun dan akhirnya dipecahkan oleh Lalu Muhammad Zohri pada Kejuaraan Atletik Asia 2019. Catatan waktu Lalu Zohri saat itu 10,15 detik.

Saat disinggung soal masa depan PB PASI sepeninggal Om Bob, Suryo Agung sendiri hanya bisa berharap.
"Kami hanya bisa berharap bahwa ada orang yang bisa meneruskan tongkat estafet Bapak [Bob Hasan]. Selama ini jasa beliau luar biasa di dunia atletik dan olahraga Indonesia pada umumnya."

"Memang sangat jarang orang seperti Beliau. Tapi, saya memilih sikap otimistis ke depannya harus ada yang menggantikan peran Bapak untuk masa depan atletik Indonesia," terang Suryo Agung, Selasa (31/3).

Sikap Suryo Agung mungkin mencerminkan publik olahraga, khususnya di dunia atletik. Ya, publik hanya bisa berharap muncul orang gila lainnya seperti Om Bob dalam mengampu dunia atletik tanah air. ***

Editor: Surya Eka Aditama

Tags

Terkini

Terpopuler