Profil Buya Syafii Maarif, Intelektual Muslim yang Aktif Menyuarakan Isu Kemanusiaan dan Toleransi Beragama

27 Mei 2022, 19:56 WIB
Profil Buya Syafii seorang cendekiawan Islam yang menjunjung tinggi keberagaman agama/ /tangkap layar maarifinstitute.org/

KABAR BESUKI – Ahmad Syafi'i Ma'arif atau yang dikenal Buya Syafii telah menghembuskan napas terakhirnya pada Jumat, 27 Mei 2022 di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta pukul 10.15 WIB.

Buya Syafii merupakan mantan ketua umum PP Muhammadiyah sekaligus cendekiawan Islam yang sangat vokal menyuarakan isu kemanusiaan, keberagaman, dan toleransi beragama.

Berikut Kabar Besuki rangkumkan profil Buya Syafii dan pemikirannya yang luar biasa dilansir dari berbagai sumber.

Baca Juga: Unggahan Terakhir Anak Sulung Ridwan Kamil Dibanjiri Komentar Netizen: Semoga Segera Ditemukan

Buya Syafii lahir di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau pada 31 Mei 1935. Ia lahir dari pasangan Ma'rifah Rauf Datuk Rajo Malayu, dan Fathiyah.

Buya Syafii pernah menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah pada 1998-2005, Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP) dan pendiri Maarif Institute.

Buya Syafii telah aktif belajar agama sejak Ia masih kecil. Pada tahun 1942, ia dimasukkan ke sekolah rakyat (SR, setingkat SD) di Sumpur Kudus. Sepulang sekolah Buya Syafii belajar agama ke sebuah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah pada sore hari dan malamnya belajar mengaji di surau dekat tempat tinggalnya.

Baca Juga: Anak Sulung Ridwan Kamil Tak Kunjung Ditemukan, Tim Sar Swiss Perluas Area Pencarian

Buya Syafii juga Pernah belajar di Madrasah Mualimin Muhammadiyah Lintau (1953) dan Yogyakarta (1956), Buya Syafii menempuh pendidikan sarjananya di FKIP Universitas Cokroaminoto Surakarta pada tahun 1964 lalu melanjutkan ke FKIS IKIP Yogyakarta (1968).

Buya Syafii kemudian belajar sejarah di Northern Illinois University (1973) dan memperoleh gelar M.A. dalam ilmu sejarah pada Ohio University, Athens, Amerika Serikat (1980). Meraih gelar Ph.D. dalam bidang pemikiran Islam University of Chicago, Chicago, Amerika Serikat (1983), dengan disertasi berjudul “Islam as the Basis of State: A Study of the Islamic Political Ideas as Reflected in the Constituent Assembly Debates in Indonesia”.

Baca Juga: Profil Fahmi Idris Mantan Menteri Ketenagakerjaan dan Perindustrian yang Telah Meninggal Dunia Akibat Kanker

Buya Syafii juga pernah menjadi dosen FPIPS IKIP, IAIN Sunan Kalijaga dan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Penasihat PP Muhammadiyah, Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Yogyakarta, dan Pendiri Maarif Institute.

Buya Syafii adalah seorang cendekiawan muslim  yang menjunjung tinggi keberagaman dan toleransi beragama. Ia sangat menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan tersebut, baik dari aspek keagamaan, suku, ras, budaya, sosial, dan sebagainya.

Buya Syafii dikenal dengan gagasan Humanisme Islamnya. Humanisme Buya Syafii memandang bahwa perbedaan-perbedaan yang dimiliki manusia bukanlah untuk ditakuti yang akan melahirkan perpecahan diantara sesama, melainkan menjadi sebuah kekayaan yang mendinamiskan pemahaman visi dan pemahaman manusia tentang realitas.

Baca Juga: Ngaku Dilamar Banyak Pria Beristri untuk Jadi Istri Kedua, Desy Ratnasari: Saya Pengen yang Pertama

Buya Syafii dulu sempat mendukung berdirinya negara Islam akan tetapi gagasan akan tersebut pun berubah dan Ia menentang pendirian negara Islam, karena menurutnya gagasan itu hanya akan menciptakan otoritarianisme yang akan mengganggu tegaknya nilai-nilai kemanusiaan dan meniadakan tempat bagi keberagaman.

Buya Syafii juga sering mengkritisi tafsir agama yang eksklusif, sewenang-wenang, dan penuh kekerasan. Ia selalu mengajak orang agar beragama dengan kritis, memahami tafsir lebih dalam dan menghargai perbedaan.

Berkat pemikirannya tersebutlah Buya Syafii pernah mendapat penghargaan Ramon Magsasay Award Foundation pada tahun 2008.

Baca Juga: Sebelum Hilang, Anak Sulung Ridwan Kamil Sempat Ditolong Temannya Naik ke Permukaan

Buya Syafii juga aktif menulis buku, karya-karya buku Buya Syafii yang ia tulis diantaranya Gerakan Komunis di Vietnam, Mengapa Vietnam Jatuh Seluruhnya ke Tangan Komunis?, Aspirasi Umat Islam Indonesia (tulisan bersama), Percik-Percik Pemikiran Iqbal (bersama Mohammad Diponegoro).

Dinamika Islam: Potret Perkembangan Islam di Indonesia, Duta Islam untuk Dunia Moderen (bersama Mohammad Diponegoro), Islam, Kenapa Tidak! dan Orientalisme dan Humanisme Sekuler (bersama DR. M. Amien Rais), Masa Depan Dalam Taruhan (2000), Mencari Autentisitas (2004).

Meluruskan Makna Jihad (2005), Menerobos Kemelut (2005), Menggugah Nurani Bangsa (2005), Titik-titik Kisar di Perjalananku (segera terbit 2006), dan Tuhan Menyapa Kita (segera terbit 2006).***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler