Sah Dikatakan Sebagai Laki-Laki Aprilia Manganang Mengalami Hipospadia, Apa Itu?

11 Maret 2021, 09:38 WIB
Serda Aprilia Manganang bakal ganti nama// /instagram.com/ @apriliamanangang_ @fansapriliamanganang

KABAR BESUKI - Sebelumnya telah diumumkan, bahwa atlet Voli perempuan Aprilia Manganang, sah dikabarkan menjadi laki-laki.

Hal ini disampaikan oleh TNI AD Jendral Andika Perkasa, dalam hal ini Jendral Andika mengatakan Manganang bukanlah seorang Transgender.

Namun ia mengalami Hipospadia yaitu kelainan pada alat kelaminnya.

Baca Juga: Pandemi Bukan Jadi Masalah! Seorang Pemuda di Banyuwangi Raup Untung Puluhan Juta dari Budidaya Ikan Cupang

Baca Juga: Spotify dan Kakao M Selesaikan Sengketa Lisensi, Musik yang Hilang Akan Kembali Secara Global

Sebelumnya Jendral Andika mengatakan, bahwa sebenarnya Manganang adalah seorang laki-laki dari lahir. 

Namun ia mengalami kelainan pada alat kelaminnya yang disebut Hipospadia, apa Hipospadia itu?

Pada anak laki-laki dengan hipospadia, uretra terbentuk secara tidak normal selama pekan ke 8-14 kehamilan.

Kondisi hipospadia pada setiap penderita bisa berbeda-beda. Pada beberapa kasus, lubang kencing ada yang terletak di bawah kepala penis, di batang penis, dan bahkan ada yang di skrotum atau buah zakar.

Baca Juga: Lirik dan Chord ‘Sholatun Bissalamil Mubin’ oleh Wafiq Azizah, Lantunkan untuk Memperingati Isra’ Miraj 2021

Anak laki-laki dengan hipospadia terkadang memiliki penis yang melengkung. Akibat letak lubang kencing yang tidak normal, anak dengan hipospadia akan memiliki masalah dengan percikan urin yang tidak normal, dan mungkin harus duduk untuk buang air kecil.

Pada beberapa anak laki-laki dengan hipospadia, testis belum sepenuhnya turun ke dalam skrotum.

Jika hipospadia tidak ditangani dapat menyebabkan masalah di kemudian hari, seperti kesulitan melakukan hubungan seksual atau kesulitan buang air kecil saat berdiri.

Di Amerika Serikat, para peneliti memperkirakan ada 1 dari 200 bayi lahir dengan hipospadia lalu menjadikannya salah satu cacat lahir yang paling umum.

Baca Juga: Kabar Gembira! Wahana Baru Baby Dinosaurus Akan Hadir di Dufan Ancol, untuk Menghibur Pengunjung yang Berlibur

Perawatan untuk hipospadia tergantung pada jenis cacat yang dimiliki anak laki-laki tersebut. Sebagian besar kasus hipospadia memerlukan pembedahan.

Dan jika diperlukan pembedahan, biasanya dilakukan saat anak laki-laki berusia antara 3-18 bulan. Dalam beberapa kasus, pembedahan dilakukan secara bertahap.

Tindakan yang dilakukan dalam operasi bisa saja termasuk menempatkan uretra di tempat yang tepat, memperbaiki lekukan di penis, dan memperbaiki kulit di sekitar pembukaan uretra. Karena dokter mungkin perlu menggunakan kulup untuk melakukan tindakan koreksi, bayi laki-laki dengan hipospadia sebaiknya tidak disunat.

Baca Juga: Sadarkah Anda, Mengapa Banyak Karater Kartun Berwarna Kuning? Simak Penjelasan Berikut Ini

Penyebab dan faktor risiko

Penyebab hipospadia pada kebanyakan bayi tidak diketahui. Dalam kebanyakan kasus, hipospadia dianggap disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor lain, seperti lingkungan ibu, atau makanan atau minuman ibu, atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi selama kehamilan.

Beberapa tahun terakhir, peneliti CDC telah melaporkan temuan penting tentang beberapa faktor yang mempengaruhi risiko memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia, di antaranya ibu yang berusia 35 tahun atau lebih dan dianggap obesitas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Baca Juga: Rekomendasi Hidangan Sehat Spesial Isra’ Miraj 2021, Cobalah 5 Resep dari Bahan Dada Ayam Berikut Ini

Perempuan yang menggunakan teknologi reproduksi untuk membantu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Wanita yang mengonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan juga terbukti memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Hipospadia biasanya didiagnosis selama pemeriksaan fisik setelah bayi lahir.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Antaranews.com

Tags

Terkini

Terpopuler