Ternyata! Kasus COVID-19 Pertama di China Bukan Karena Kebocoran Laboratorium, Tetapi Karena Hal Ini

31 Maret 2021, 09:58 WIB
foto: ilustrasi virus corona menginfeksi orang-orang /Prasetyo Bagus P/ /pixabay/12222786

KABAR BESUKI – Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang telah dirilis pada Selasa 30 Maret 2021, tidak menemukan jawaban atas asal-usul pasti COVID-19 di China.

Oleh sebab itu, China mendorong WHO melakukan penelitian serupa di beberapa negara.

"Penelitian tentang asal-usul COVID-19 merupakan misi global yang harus dilakukan di banyak negara dan wilayah," demikian pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri China (MFA, dikutip dari Antara, Rabu 31 Maret 2021.

Baca Juga: Terusan Suez Kembali Dibuka, Harga Minyak Justru Turun Satu Persen pada Akhir Perdagangan Selasa

Baca Juga: Menggiurkan! Inilah Sederet Beasiswa Fully Funded di Berbagai Negara di Eropa untuk Para Pelajar Indonesia

Baca Juga: Bahaya! Terlalu Lama Memanaskan Nasi di di Rice Cooker Ternyata Bisa Berdampak Buruk Bagi Tubuh

Laporan yang dirilis WHO tersebut merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti internasional dari WHO dan tim peneliti dari China di Wuhan pada 14 Januari-10 Februari 2021.

Penelitian tersebut difokuskan di Ibu Kota Provinsi Hubei itu karena sebagai tempat ditemukannya kasus COVID-19 pertama menjelang berakhirnya tahun 2019.

Dalam laporannya atas hasil penelitian selama 28 hari di Wuhan itu, WHO mengabaikan dugaan kebocoran virus di laboratorium dan merekomendasikan penelitian lebih lanjut mengenai penularan virus antara hewan dan manusia dan penularan melalui makanan beku.

Penularan melalui makanan beku tersebut lantaran kasus pertama COVID-19 ditemukan di pasar hewan di Distrik Huanan, Wuhan.

MFA mengapresiasi laporan WHO bersama tim peneliti China yang telah melakukan penelitian secara profesional berbasis ilmu pengetahuan.

MFA berpendapat bahwa mempolitisasi upaya penelusuran virus hanya akan menghambat kerja sama global, melemahkan upaya anti-epidemi secara global, dan menyebabkan lebih banyak jatuhnya korban jiwa.

Baca Juga: Heboh! Video Seorang Ibu Gendong Bayi Pakai Plastik Setelah Melahirkan karena Corona [Cek Fakta]

Baca Juga: Kabupaten Banyuwangi Peroleh Pupuk Urea Subsidi Sebesar 60.623 Ton, Lebih Banyak Dibandingkan Tahun 2020

Hal ini bertentangan dengan keinginan komunitas internasional untuk bersatu dalam melawan pandemi, demikian MFA.

Di sisi lain, dikutip dari Reuters, China melaporkan 11 kasus baru COVID-19 pada 30 Maret, yakni naik dari delapan kasus sehari sebelumnya, kata otoritas kesehatan nasional China.

Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa enam dari kasus baru COVID itu adalah infeksi lokal yang dilaporkan di provinsi Yunnan barat daya.

Kesebelas kasus baru COVID itu merupakan jumlah kasus harian terbesar sejak enam kasus yang dilaporkan pada 5 Februari.

Namun, pernyataan dari Komisi Kesehatan Nasional China itu tidak menyebutkan bagaimana orang-orang tersebut dapat terinfeksi.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler