Tunjuk Seorang Pria yang Ingin Ditangkap! Iran Mengidentifikasi Tersangka di Balik Ledakan Situs Nuklir Natanz

18 April 2021, 03:15 WIB
Seorang tentara Iran berjaga-jaga di fasilitas pengayaan uranium Natanz, selatan ibukota Iran, Teheran./ /Reuters/Raheb Homavandi

KABAR BESUKI - Iran pada Sabtu menunjuk seorang pria yang ingin ditangkap sehubungan dengan ledakan baru-baru ini dan pemadaman listrik di pembangkit nuklir utama Natanz, ketika pembicaraan sedang berlangsung di Wina untuk mencoba menyelamatkan kesepakatan nuklir Teheran 2015 dengan kekuatan dunia.

Dilansir dari Reuters, "Reza Karimi, pelaku sabotase ini ... telah diidentifikasi" oleh kementerian intelijen Iran, kata TV pemerintah. Dikatakan tersangka telah melarikan diri dari Iran sebelum ledakan Minggu lalu yang dituduhkan oleh Republik Islam pada musuh bebuyutan Israel.

Pejabat dari pihak yang tersisa dalam kesepakatan nuklir Iran memulai pertemuan formal di Wina, menunjukkan bahwa putaran pembicaraan yang dimulai pada hari Kamis ini telah selesai.

Baca Juga: Serah Terima Jabatan Lanal Banyuwangi Sebagai Wujud Nyata Penghargaan dan Kepercayaan

Baca Juga: Jelang Buka Puasa, Kelompok Peduli Lingkungan Turun Kejalan Bagi-bagi Takjil di Jalan Tampo

Baca Juga: Ditengah ‘Badai’ Polemik, Pimpinan Junta Myanmar Min Aung Hlaing Akan Hadiri KTT ASEAN di Indonesia

Televisi menayangkan apa yang dikatakan sebagai foto tersangka pelaku dengan kartu merah bertuliskan "Interpol Wanted" di atasnya. Di kartu itu dia berusia 43 tahun.

"Langkah-langkah yang diperlukan sedang dilakukan untuk penangkapannya dan kembali ke negara itu melalui jalur hukum," tambah laporan itu.

TV pemerintah juga menayangkan cuplikan baris dari apa yang dikatakannya sebagai sentrifugal yang telah menggantikan yang rusak dalam ledakan di pabrik pengayaan uranium Natanz.

Ia menambahkan bahwa "sejumlah besar" sentrifugal yang aktivitas pengayaannya terganggu oleh ledakan telah dikembalikan ke layanan normal, kata laporan itu.

Iran dan kekuatan global bertemu di Wina untuk mencoba menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 yang ditinggalkan oleh Washington tiga tahun lalu. Pembicaraan itu berpotensi dipersulit oleh keputusan Teheran untuk meningkatkan pengayaan uranium dan apa yang disebutnya sabotase Israel di situs nuklir Natanz. 

Baca Juga: Orang yang Suka Berbagi Kebaikan Ternyata Lebih Mudah Dapat Pasangan, Begini Kata Ahli

Baca Juga: Kress! Renyahnya Chicken Roll, Camilan Cocok untuk Hidangan Takjil, Satu Biji Tidak akan Cukup

Baca Juga: Menurut Pelitian, Pria Perokok Terlihat Tidak Menarik di Mata Wanita, Ini Alasannya

Sementara itu sebuah sumber, menggemakan sikap Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan kembali permintaan Iran untuk mencabut semua sanksi yang dijatuhkan di bawah mantan Presiden Donald Trump.

"Di Teheran, tidak ada yang akan diterima kecuali penghapusan semua sanksi, termasuk yang terkait dengan JCPOA (kesepakatan nuklir), diberlakukan kembali dan diberi label ulang selama era Trump," sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Press TV yang dikelola pemerintah Iran.

Outlet media Israel mengutip sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan layanan mata-mata Mossad negara itu melakukan operasi sabotase Natanz. 

Israel secara luas diyakini sebagai satu-satunya negara Timur Tengah dengan persenjataan nuklir belum secara resmi mengomentari insiden tersebut.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler