Resmi! TNI AL Akhiri Operasi Pengangkatan KRI Nanggala-402, Ternyata Ada Fakta Baru Yang Terungkap

3 Juni 2021, 14:03 WIB
Foto ilustrasu kapal selam /12019/pixabay

KABAR BESUKI - TNI Angkatan Laut (AL) memutuskan untuk mengakhiri operasi pengangkatan kapal selam KRI Nanggala-402 tenggelam yang mengakibatkan 53 prajurit gugur  di perairan Bali pada 21 April 2021.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono menyebutkan, tidak ada lagi rencana pencarian KRI Nanggala-402.

"Penyelamatan sudah selesai," kata Julius Widjojono yang dikutip Kabar Besuki dari Reuters, Kamis, 3 Juni 2021.

Baca Juga: Demi Mempercepat UMKM Jabar Go Digital, Ridwan Kamil Gandeng Shopee dalam Membuka Shopee Center

Julius juga menjelaskan bahwa sementara ini bagian-bagian kapal tetap berada di dasar laut.

Upaya pengangkatan KRI Nanggala-402 telah dinyatakan selesai ditandai dengan berakhirnya kerja sama operasi bersama AL China atau People Liberation Army (PLA) Navy.

Dalam operasi tersebut, PLA Navy mengerahkan tiga kapal untuk membantu penyelamatan yakni PLA Navy Ship Ocean Tug Nantuo-195, PLA Navy Ocean Salvage and Rescue Yong Xing Dao-863, dan Scientific Salvage Tan Suo 2.

Seperti yang diketahui, Kapal selam berusia 44 tahun itu telah kehilangan kontak pada 21 April saat mempersiapkan latihan torpedo di Laut Bali.

Baca Juga: Rebutan Anaknya, Suami Tega Tusuk Istri Pertama di Depan Istri Kedua

Kapal selam itu ditemukan beberapa hari kemudian dalam tiga bagian, pihak berwenang mengakui kesulitan memulihkan kapal selam dari kedalaman 838 meter (2.756 kaki)

Tragedi itu telah menyoroti terkait tentang kondisi perangkat keras militer Indonesia, yang mempunyai beberapa awak kapal selam senior, diberitakan bahwa kapal KRI Nanggala-402 tidak dirawat secara optimal.

Sebelum tenggelam, menurut komandan kapal selam, Letnan Kolonel Heri Oktavian, telah mengeluh kepada seorang teman, jurnalis dan analis militer Edna Caroline Pattisina, tentang penundaan perbaikan yang dijadwalkan pada tahun 2020, yang ia sampaikan kepada Reuters.

Baca Juga: Israel Klaim Telah Berhasil Menembus 'Jantung' Iran, Sebut Proyek Nuklir Iran hanya Bohong Belaka

Kapal selam itu terakhir dirombak di Korea Selatan pada 2012.

Menurut salah seorang awak kapal selam senior Indonesia, yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa perombakan oleh pembuat kapal milik negara PT PAL telah tertunda karena pandemi virus corona.

Terkait hal tersebut, PT PAL juga menolak berkomentar mengenai hal tersebut.

Sementara itu, Dua awak kapal selam Indonesia, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena masalah ini sensitif, ia memaparkan serangkaian kecelakaan maritim di Nanggala, termasuk satu pada tahun 2017

Ketika kapal selam itu tiba-tiba turun 84 meter (276 kaki) di perairan Bali Utara setelah air masuk ke tabung snorkel.

Insiden serupa juga terjadi pada tahun 2014 melihat Nanggala jatuh 17 meter (56 kaki) di Bali Barat karena masalah yang sama.

"Ketika kapal selam itu jatuh, itu bukan peristiwa biasa, bisa dikatakan situasi darurat dan kami membutuhkan reaksi cepat untuk menyelesaikannya," ujarnya.

Baca Juga: Direktur Utama Telkom Copot Anting dan Potong Rambut Komisaris BUMN Abdee 'Slank', Ini Faktanya!

Sedangkan menurut Achmad Taufiqoerrochman, mantan wakil kepala staf angkatan laut, memaparkan bahwa Nanggala pernah mengalami masalah koneksi dengan tabung torpedonya pada tahun 2016, tetapi menambahkan bahwa masalah itu kemudian diselesaikan.

Tetap, Juru bicara Angkatan Laut Julius Widjojono mengatakan dia belum pernah mendengar tentang insiden itu.

Sementara itu menurut analis keamanan Natalie Sambhi, direktur eksekutif kelompok riset militer Verve Research, mengatakan itu bukan pertama kalinya kelemahan militer Indonesia terungkap.

Baca Juga: Simon Cowell Mundur dari Juri di X Factor Israel, Apakah Karena Ada Konflik Israel dan Palestina?

"Ini bukan insiden yang terisolasi dari kemampuan Indonesia, atau semacam insiden besar dengan kemampuan Indonesia, apakah itu angkatan laut atau angkatan udara.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler