Gletser Satu-Satunya di Indonesia Akan Segera Mencair Tahun 2025? Ini Kata BMKG

22 April 2022, 14:23 WIB
Gletser satu-satunya di Indonesia yang terletak di pegunungan Jayawijaya Papua diprediksi akan segera mencair dalam waktu cepat. /Twitter/@NusaIndah20./

KABAR BESUKI – Gletser satu-satunya di Indonesia yang terletak di pegunungan Jayawijaya Papua diprediksi akan segera mencair dalam waktu cepat, yaitu tahun 2025.

Diketahui, gletser satu-satunya di Indonesia tersebut akan segera mencair tahun 2025 disebabkan oleh perubahan iklim pada era ini. Setelah ada selama sekitar 5.000 tahun, gletser per hari dihitung karena penelitian menunjukkan bahwa itu mencair dan hanya tersisa sedikit.

“Tahun ketika gletser akan hilang adalah antara 2025 hingga 2027,” kata Donaldi Permana, koordinator penelitian dan pengembangan iklim di badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika (BMKG) sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari CNA. 

Pemanasan global diyakini juga sebagai penyebab utama mencairnya gletser. 

Permana mengatakan hal ini telah terjadi sejak revolusi industri pada tahun 1850 ketika negara-negara maju bergeser dari ekonomi agraris ke ekonomi yang didominasi oleh industri yang melepaskan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan suhu lebih hangat.

Baca Juga: Marshel Widianto Nangis Merasa Terpojokkan Gegara Beli Konten Dea Onlyfans: Gue Kan Gak Korupsi, Gak Nyolong

“Tapi kami baru tahu setelah tahun 1990-an, bahwa gletser di Indonesia mencair,” katanya.  

Gunung Jayawijaya terletak di Taman Nasional Lorentz dengan ketinggian 4.884 mdpl, merupakan gunung tertinggi di Indonesia dan beberapa orang juga menyebutnya sebagai Carstensz Pyramid, karena gunung ini memiliki beberapa puncak dengan nama yang berbeda.

“Gletser tropis lainnya di Amerika Selatan dan Afrika juga mencair,” ungkap Permana.

Namun, karena ketinggian Puncak Jaya lebih rendah dibandingkan dengan gunung-gunung lain dengan gletser tropis, yang ada di Indonesia akan lebih cepat hilang.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga mengatakan kepada parlemen pada akhir bulan lalu bahwa gletser bisa hilang pada tahun 2025..

Berdasarkan kematangan tanah dan pola sebaran vegetasi di sekitar gletser, dapat disimpulkan bahwa luas gletser sekitar 19 km persegi pada tahun 1850.

Citra satelit kemudian menunjukkan bahwa area gletser turun menjadi hanya 2 km persegi pada tahun 2002.

Pada 2018, luasnya hanya 0,46 km persegi, tahun lalu 0,27 km persegi. Hal ini berarti bahwa pencairan telah dipercepat dari waktu ke waktu

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang gletser, Permana dan rekan-rekannya mengekstrak inti es darinya pada tahun 2010 dengan mengebor 32m ke batuan dasar lalu inti es kemudian diambil untuk dicek.

Baca Juga: 11 Aplikasi HP Android Ini Ternyata Bisa Mencuri Data Pribadi Anda, Uninstal Sekarang Juga!

Tim juga memasang pipa polivinil klorida (PVC) untuk mengukur seberapa banyak gletser yang mencair dengan melihat ketebalannya. 

Pada tahun 2015, mereka menemukan bahwa pipa itu terbuka sejauh 5m yang berarti kedalaman 1m hilang per tahun.

Mereka juga mencatat bahwa pada tahun 2016 ketika El Nino menyebabkan cuaca yang lebih kering dan lebih hangat di Indonesia, pencairannya semakin cepat.

“Dari 2015 hingga 2016, hanya dalam satu tahun, kami kehilangan kedalaman 5 meter,” tambahnya. 

Dia juga mengatakan bahwa dari 2016 hingga 2021, kedalaman 12,5m lebih lanjut telah hilang.

“Dari angka-angka itu, kita dapat menyimpulkan bahwa ada percepatan (mencair). Hal ini diperkirakan karena ketika gletser mencair, area di sekitarnya menjadi lebih besar, menyerap lebih banyak radiasi matahari,” ungkap Permana.  

Gletser penting karena merupakan indikator iklim bumi dan bagaimana perubahannya. Mencairnya juga merupakan indikator yang jelas dari pemanasan global.

Baca Juga: Harga Bahan Pokok Hari Ini di Pasar Rogojampi dan Genteng Banyuwangi Jumat 22 April 2022

Dari inti es yang diekstraksi oleh Permana dan rekan-rekannya, mereka mencatat deposit tritium, yang merupakan indikasi uji coba nuklir yang dilakukan Uni Soviet dan China pada 1960-an.

“Tes menciptakan tritium. Komposisi ini tercatat di semua gletser di dunia. Secara umum, ketika gletser mencair, mereka juga berkontribusi pada kenaikan permukaan laut,” ujarnya. 

“Mungkin kontribusi gletser di Indonesia ini tidak begitu signifikan karena wilayah awalnya tidak begitu besar dibandingkan dengan yang ada di Amerika Selatan atau Greenland. Tapi hewan dan pepohonan di sekitar wilayah Papua bisa terkena dampak pencairan, meski sayangnya belum ada penelitian tentang ini,” tambahnya.

Permana juga mengungkapkan bahwa ada suku asli yang tinggal di sekitar daerah tersebut yang memuja gletser. Namun, sejauh ini belum ada penelitian yang diketahui tentang kelompok ini dan bagaimana pengaruhnya jika gletser menghilang.***

Editor: Ayu Nida LF

Tags

Terkini

Terpopuler