KABAR BESUKI - Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu memberikan tanggapan mengenai pernyataan yang disampaikan oleh Tenaga Ahli Kantor Utama Staf Presiden (KSP) Ali Ngabalin mengenai Ustadz Abdul Somad (UAS) yang ditolak Singapura.
Sebagaimana diketahui, nama Ustadz Abdul Somad ramai jadi perbincangan publik usai dikabarkan dideportasi dari Singapura.
Banyak pihak yang menyayangkan sikap Singapura lantaran mendeportasi Ustadz Abdul Somad tanpa alasan yang jelas.
Baca Juga: Supermarket Bahan Bangunan Modern Pertama di Banyuwangi, Harga Terjangkau Serta Diskon per Produk
Tak sedikit pula yang meminta pemerintah untuk memberikan sikap tegas kepada pemerintahan Singapura mengenai pendeportasian Ustadz Abdul Somad.
Menanggapi hal tersebut, Ngabalin justru dengan tegas mengatakan bahwa ditolaknya Ustadz Abdul Somad dari Singapura bukan urusan pemerintah Indonesia.
Ngabalin juga menegaskan bahwa pemerintah Indonesia tidak akan mengklarifikasi hal tersebut kepada pemerintah Singapura.
Pernyataan yang dilontarkan oleh Ngabalin ini sontak menuai kritik dari sejumlah pihak, salah satunya disampaikan oleh Said Didu.
Said Didu menilai bahwa pernyataan yang disampaikan Ngabalin soal ditolaknya UAS dari Singapura menunjukkan buruknya pengelolaan negara Indonesia.
“Jika suara Istana seperti ini, kita sudah bisa bayangkan betapa rusaknya pengelolaan negara,” kata Said Didu melalui cuitannya di Twitter @msaid_didu pada 19 Mei 2022.
Menurut Said Didu, Ngabalin menunjukkan bahwa dirinya tidak melaksanakan amanat konstitusi yang menyebut bahwa negara atau pemerintah berkewajiban melindungi segenap bangsa.
“Secara terbuka tidak melaksanakan amanat konstitusi yaitu negara/pemerintah berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,” tegas Said Didu.
Diketahui sebelumnya, pihak Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Singapura membenarkan pihaknya menolak Ustadz Abdul Somad mengunjungi negaranya.
Setidaknya ada empat alasan yang membuat pihak pemerintah Singapura menolak Ustadz Abdul Somad untuk mengunjungi negaranya.
Empat alasan tersebut antara lain, UAS dianggap menyebarkan ajaran ekstrimis dan perpecahan, pernah ceramah soal bom bunuh diri, menyebut salib Kristen rumah jin kafir, hingga menyebut non Muslim sebagai kafir.***