Pramoedya Ananta Toer, Tetap Berkarya di Tengah Pengasingan

- 15 Februari 2021, 14:21 WIB
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer /, Sumber: Dok. Pikiran Rakyat

Baginya, tidak ada presiden Indonesia yang mengerti negaranya lebih dari Soekarno.

Dua puluh tahun setelah Indonesia merdeka, yakni tahun 1965. Soekarno dilengserkan sebagai presiden Indonesia.

“Soekarno lengser karena politik dari Eisenhower. Dia ingin Soekarno disingkirkan saja,” ucap Pram ketika diwawancarai oleh Arngrim Ytterhus.

Baca Juga: Lebanon Memulai Vaksinasi Terhadap COVID-19, Siapakah yang Pertama?

Setelahnya para pendukung Soekarno harus menerima kenyataan ditangkap dan diasingkan. Termasuk Pram.

“Banyak intel berdatangan ke rumah saya. Dia menyuruh saya untuk berhenti menulis, karena zaman sudah berubah,” kata Pram.

Tidak ada gentar di hati Pram. Prinsipnya tetap teguh, meskipun kerabat memperingatinya untuk mengungsi.

Tepatnya tahun 1969 dia diasingkan ke Pulau Buru sebagai tahanan politik. Penangkapan diwarnai dengan naskahnya yang dibakar dan kepalanya dipukul dengan senjata.

Naskahnya yang dibakar adalah perbuatan tidak termaafkan baginya.

Empat belas tahun lamanya dia diasingkan, tidak membuat semangat menulisnya menjadi hilang.

Halaman:

Editor: Yayang Hardita

Sumber: YouTube Sobat Dosen


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah