Miris! Ternyata Ini Penyebab Utama Pemanasan Global, Salah Satunya Bertani

- 25 Februari 2021, 11:54 WIB
 Ilustrasi pemanasan global
Ilustrasi pemanasan global ///Pexels/Matthis Volquardsen
  1. Membakar bahan bakar fosil

Saat membakar bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas untuk menghasilkan listrik atau menggerakkan mobil, polusi CO2 terlepas menuju ke lapisan atmosfer.

Australia adalah penghasil besar polusi CO2 dibandingkan dengan negara lain di dunia. Tingkat polusi CO2 per orang hampir dua kali lipat dari rata-rata negara maju lainnya dan lebih dari empat kali rata-rata dunia.

Pembangkit listrik adalah penyebab utama polusi karbon di Australia karena 73% listrik disana berasal dari pembakaran batu bara dan 13% dari pembakaran gas. 14% sisanya berasal dari sumber energi terbarukan seperti tenaga air, matahari, dan angin yang tidak mengeluarkan karbon.

  1. Deforestasi & Pembabatan Pohon

Tumbuhan dan pohon berperan penting dalam mengatur iklim karena menyerap karbondioksida dari udara dan melepaskan kembali oksigen ke dalamnya. Hutan bertindak sebagai penyerap karbon dan merupakan cara yang berharga untuk menjaga pemanasan global hingga 1,5° C.

Tetapi manusia membersihkan area perhutanan yang luas di seluruh dunia untuk pertanian, pembangunan perkotaan dan infrastruktur atau untuk menjual produk pohon seperti kayu dan minyak sawit.

Saat area vegetasi dihilangkan atau dibakar, simpanan karbon dilepaskan kembali ke atmosfer sebagai CO2, yang berkontribusi pada pemanasan global.

Hingga seperlima dari polusi gas rumah kaca global berasal dari deforestasi dan degradasi hutan.

Baca Juga: Jika Vaksinasi Covid-19 Gagal, Pemerintah Tidak Menyediakan Kompensasi, Cek Ini Faktanya!

  1. Pertanian

Hewan, khususnya ternak seperti domba dan sapi, menghasilkan metana yang merupakan gas rumah kaca. Ketika hewan ternak digembalakan dalam skala besar, jumlah metana yang dihasilkan merupakan penyumbang besar pemanasan global.

Beberapa pupuk yang digunakan petani juga melepaskan dinitrogen oksida, yang merupakan gas rumah kaca lainnya.***

Halaman:

Editor: Yayang Hardita

Sumber: WWF


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah