Berantas Radikalisme, Aktivis Sarankan Literasi Sebagai Langkah Awal Kebudayaan yang Berkeadaban

- 28 Maret 2021, 19:03 WIB
Foto buku dan lilin
Foto buku dan lilin /PIXABAY

KABAR BESUKI – Aktivis gerakan literasi yang juga Ketua STKIP PGRI Ponorogo, Dr. Sutejo, M.Hum mengemukakan pentingnya literasi keberagaman di Indonesia untuk melawan gerakan fundamentalisme, radikalisme, dan intolerasi beragama.

“Ke depan, gerakan literasi seperti di ISNU Ponorogo ini diharapkan mampu menciptakan kebudayaan berkeadaban. Semoga bisa menjadi inspirasi gerakan literasi NU secara nasional,” katanya.

Penggagas Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Ponorogo yang juga  mantan Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)  Ponorogo ini mengatakan bahwa literasi itu merupakan pemahaman.

Baca Juga: Kenali Penyakit Mata Merah Pada Kambing dan Domba, Seperti ini Cara Pengobatannya

“Literasi juga menjadi jalan pemecahan atas persoalan hidup. Jika ini ditempuh, maka orang yang berliterasi keagmaan, dijamin akan moderat. Orang itu radikal karena mereka kurang literat, satu tafsir, menutup tafsir lainnya,” kata dokter sastra yang telah melahirkan puluhan judul buku berbagai tema ini.

Sutejo yang sebagai salah satu penasihat ahli di ISNU Ponorogo ini mengaku senang dengan geliat literasi di kalangan NU Ponorogo, khususnya pilar intelektual mudanya.

Direktur Institut for Javanese Islam Research (IJIR) Akhol Firdaus sebagai pembedah buku mengatakan gerakan literasi membawa misi profetik untuk melakukan pembebasan terhadap gejala kesadaran palsu yang hidup di tengah masyarakat modern.

Baca Juga: Resep Membuat Waffle yang Enak dan Menyehatkan, Bisa Anda Gunakan Sebagai Sarapan Keluarga yang Mengenyangkan

Ketua PC ISNU Ponorogo Dr. Abid Rahmanu merasa bersyukur atas terbitnya dua buku ini sebagai penanda gerak intelektual muda NU.

Halaman:

Editor: Surya Eka Aditama

Sumber: ANTARA


Tags

Terkini

x