‘Pembelajaran Tatap Muka Terbatas’ Berbeda dengan Sekolah Normal Biasanya, Simak Penjelasannya

- 30 Maret 2021, 19:08 WIB
foto : Nadiem saat kunjungan ke sekolah Indonesia bagian Timur,
foto : Nadiem saat kunjungan ke sekolah Indonesia bagian Timur, /Aliefia R/ Instagram @nadiemmakarim

KABAR BESUKI – Pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, itu berbeda dengan bersekolah di sekolah biasa atau pada umumnya, hal tersebut dikatakan oleh Nadiem Anwar Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).

“Pergi ke sekolah tidak seperti pergi ke sekolah biasa. Minimal jaga jarak 1,5 meter dan maksimal 18 siswa per kelas, yang normalnya hanya 50 persen dari kapasitas, ” kata Nadiem.

Nadiem mengatakan keterangan tersebut dalam pengumuman keputusan bersama tentang pedoman pengaturan pelaksanaan pembelajaran Covid-19 Masa pandemic, terpantau di Jakarta pada Selasa 30 Maret 2021.

Baca Juga: Berdasarkan Astrologi, Inilah Deretan Zodiak yang Dikenal Paling Malas dan Suka Menunda Pekerjaan

Baca Juga: Terungkap! Begini Kata Kepolisian Polda Jawa Barat Perihal Kronologi Kebakaran Kilang Balongan

Baca Juga: Beberapa Bahaya Rokok Elektrik Ini Patut diperhatikan, Termasuk Iritasi Paru-paru

Dengan demikian, sekolah juga bebas memilih apakah ingin menerapkan PTM hanya dua kali di sekolahnya.

Jika ingin membagi kelompok belajar dari satu menjadi tiga, tolong bagi. Pihaknya diberi kebebasan untuk menentukan sampai sejauh mana penerapan teknis PTM itu dibatasi.

“Saat imunisasi pendidik dan tenaga kependidikan selesai harus memberikan pilihan terbatas untuk PTM dan ini dilakukan secara bertahap. Tergantung sekolahnya, ” kata Nadiem.

Dilansir Kabar Besuki dari ANTARA, Pihak sekolah juga menentukan apakah pelaksanaan PTM dibatasi dua atau tiga hari per minggu.

Ia mengatakan ingin sekolah memulai latihan latihan tatap muka, meski hanya maksimal 50 persen dari kapasitas per kelas.

“Tentu harus pakai masker, cuci tangan pakai sabun dan jaga jarak,” kata Nadiem menambahkan.

Nadiem juga menjelaskan, hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa usia 3 hingga 30 tahun memiliki faktor risiko lebih rendah tertular COVID-19 dibandingkan kelompok usia lainnya.

Baca Juga: 10 Tips Ampuh Membuat Anda Rileks dan Membantu Tidur di Malam Hari, Penderita Insomnia Disarankan Mencoba

Baca Juga: 10 Rekomendasi Tanaman Hias untuk Kantor atau Ruangan Anda, Dijamin Ruangan Terlihat Cantik dan Sehat

Pelajar, tenaga kependidikan dan pendidikan di kelompok usia 31-59 dan di atas 60 memiliki faktor risiko COVID-19 yang secara signifikan lebih tinggi.

“Pendidik dan tenaga kependidikan paling rentan terhadap COVID-19,” kata Nadiem.

Nadiem menjelaskan, hasil penelitian global mengungkapkan bahwa anak-anak yang terinfeksi COVID-19 memiliki risiko penularan yang lebih rendah ke anak-anak yang tidak bersekolah melainkan antara orang dewasa dan anak-anak. Anak-anak lebih banyak terinfeksi daripada orang dewasa.

Nadiem menjelaskan, Indonesia merupakan satu dari empat negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik yang belum melakukan full face-to-face learning.

Sedangkan 23 negara lainnya telah melakukan pembelajaran tatap muka.

Pembelajaran tatap muka harus dipercepat dengan tetap menghormati protokol kesehatan. Bahkan sebelum melakukan vaksinasi pendidik dan tenaga kependidikan, pemerintah daerah selalu didorong untuk mempercepat pembelajaran tatap muka sesuai dengan kondisi satuan pendidikan.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Antaranews.com


Tags

Terkini