Utang Luar Negeri Indonesia Sebesar 422,6 Miliar Dolar AS atau Tumbuh Lebih Tinggi 4 Persen

- 16 April 2021, 12:21 WIB
Ilustrasi uang dolar
Ilustrasi uang dolar /Pixabay/TBIT

KABAR BESUKI - Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tetap terjaga di kisaran 39,7 persen, relatif stabil dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 39,6 persen.

Dan secara keseluruhan, menurut dia, struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

Kini, Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri Indonesia sebesar 422,6 miliar dolar AS atau tumbuh 4 persen (yoy) pada Februari 2021, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 2,7 persen.

Baca Juga: Jasa Pengiriman Barang Banyuwangi Lengkap Beserta Nomor Telephone

Baca Juga: Jarang Diketahui, Menahan Bersin Ternyata Berbahaya Bagi Tubuh Salah Satunya Kerusakan Pembuluh Darah

Peningkatan pertumbuhan utang tersebut didorong oleh utang luar negeri pemerintah dan utang luar negeri swasta.

Dan saat ini, utang luar negeri pemerintah tumbuh 4,6 persen dibandingkan pertumbuhan pada Januari 2021 sebesar 2,8 persen seiring dengan upaya penanganan dampak pandemi COVID-19 sejak 2020 dan akselerasi program vaksinasi serta perlindungan sosial pada triwulan I-2021.

Peningkatan utang ini untuk memenuhi target pembiayaan APBN 2021 melalui pendanaan dari dalam dan luar negeri dengan mengutamakan utang tenor menengah-panjang dan pengelolaan portofolio utang secara aktif untuk mengendalikan biaya dan risiko.

Baca Juga: Harga Emas Kian Meroket, Berikut Ini Update Terbaru Harga Emas Antam per Tanggal 16 April 2021

Baca Juga: Diduga Ada Oknum Polisi yang Melakukan Penganiayaan, Sahroni: Kejadian Ini Sangat Memalukan

Pemanfaatan utang ini juga untuk mendukung belanja prioritas seperti sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,7 persen dari total), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (17,2 persen), sektor jasa pendidikan (16,3 persen), sektor konstruksi (15,3 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (12,7 persen).

Halaman:

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Antaranews.com


Tags

Terkini

x