Akhirnya Diketahui, Ini Dia Penyebab Tenggelamnya Kapal Selam Nanggala-402 di Perairan Bali

- 29 April 2021, 11:30 WIB
Foto: Ilustrasi gambar KRI Nanggala-402
Foto: Ilustrasi gambar KRI Nanggala-402 /Dicky S/Instagram/@provinsi_sulut

KABAR BESUKI - TNI Angkatan Laut menduga KRI Nanggala-402 karam akibat terseret arus bawah laut yang kuat. Hal itu disebut diperkuat oleh hasil pantauan citra satelit Jepang.

"Saat kapal selam menyelam mungkin faktor yang paling berpengaruh adalah faktor arus bawah laut," kata Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Laut (Asrena KSAL) Laksamana Muda TNI Muhammad Ali, dalam keterangan, Rabu, 28 April 2021.

Dia menyebut arus bawah laut di satu tempat dengan tempat yang lain berbeda bergantung pada kondisi cuaca dan alam di wilayah tersebut.

Baca Juga: 4 Hewan Ini Sangat Takut Air, Bahkan Nyawanya Bisa Melayang Jika Terkena Air

Dilansir Kabar Besuki dari Antara, awak kapal selam, kata dia, biasanya akan mempelajari dahulu soal kondisi perairan baik di permukaan maupun di bawah sebelum melakukan pelayaran atau penyelaman.

Saat terjadi arus bawah laut yang kencang, Ali menyebut akan muncul pula internal solitary wave yang menurut para pakar oseanografi dikenal sebagai arus bawah laut yang cukup kuat yang bisa menarik benda secara vertikal.

"Jadi jatuhnya kapal itu ke bawah itu lebih cepat daripada umumnya. Ini yang harus diwaspadai, biasanya kalau kita mewaspadai itu kita memakai pendorongan yang lebih kuat daripada biasanya. Kita gunakan kecepatan yang lebih," kata Ali.

Baca Juga: Update Terbaru Harga Emas Hari Ini per Tanggal 29 April 2021, Mulai Naik Meskipun Tidak Signifikan

Saat dirinya masih menjadi awak KRI Nanggala-402, Ali mengaku kerap mengalami situasi tersebut. Biasanya kapal akan terasa lebih berat. Namun, hal itu bisa diatasi salah satunya dengan pendorongan atau mengembuskan tangki tahan tekan dengan emergency blow.

Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan, pihaknya akan menggandeng Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk membantu mengangkat KRI Nanggala-402 yang tenggelam di perairan Bali.

Kapal SKK Migas, kata Yudo memiliki kemampuan untuk mengangkat kapal buatan Jerman tersebut.

Yudo menjelaskan,sampai dengan saat ini posisi KRI Nanggala-402 masih belum bergeser.

Baca Juga: Apakah Zodiak Anda Salah Satunya? Zodiak Ini Terkenal dengan Selera Humornya yang dapat Memecah Suasana

"Ke depan kami ajukan untuk dilakukan pengangkatan, dan kami sudah koordinasi dengan SKK Migas karena mereka yang memiliki kemampuan untuk mengangkat kapal tersebut," ujar Yudo, usai mengunjungi rumah duka Komandan Satuan Kapal Selam (Dansatsel) Kolonel (P) Harry Setiawan, di Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur, dikutip dari Antara, Selasa, 27 April 2021.

Dia menambahkan, TNI juga melakukan pengamanan di lokasi tenggelamnya kapal selam tersebut dengan menyiagakan petugas di lokasi.

"Minta doanya saja supaya kapalnya bisa segera diangkat. Saat ini masih rapat dan dihitung berapa beratnya dari gambar-gambar tersebut," ujarnya lagi.

KRI Nanggala-402 yang tenggelam di perairan sekitar 60 mil laut utara Pulau Bali merupakan kapal selam tipe 209/1300. Dibuat di Kiel era Jerman Barat, pada 1977, kapal ini telah aktif digunakan TNI Angkatan Laut sejak 1981 sebelum dinyatakan eternal on patrol akhir April 2021 ini.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 29 April 2021: Untuk Aries dan Taurus Beri Penilaian Secara Objektif, Simak Ulasan Zodiak Lain

Masa pakainya sudah 40 tahun sementara saat ini Jerman telah memiliki kapal selam generasi terbarunya, tipe 218SG pesanan Singapura. Sebanyak dua unit kapal tipe itu udah dipesan pada 2013 sejak masih berupa konsep. Kapal kemudian diresmikan pertama kali pada Februari 2019 lalu di galangan ThyssenKrupp Marine di Kiel. Rencananya, akan dikirimkan ke Singapura tahun ini mundur setahun karena pandemi.

Kapal selam tipe 218SG ditunjang dengan diesel listrik dan teknologi AIP (Air Independent Propulsion) berbasis fuel cell. Tipe yang dikenal sebagai Invicible Class ini diklaim mampu bertahan lebih lama di dalam air. “Dibangun untuk tetap terendam sekitar 50 persen lebih lama dibandingkan generasi sebelumnya,” tulis laporan National Interest, 23 Agustus 2019.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Antaranews.com


Tags

Terkini

x