100 Hari Kudeta, Militer Myanmar: Keadaan Darurat Berlangsung Satu Tahun Namun Aktivis Menyatakan Keraguan

- 11 Mei 2021, 08:41 WIB
Ilustrasi militer negara
Ilustrasi militer negara /Mark Leishman/Unsplash

KABAR BESUKI - Lebih dari tiga bulan setelah militer Myanmar merebut kekuasaan terjadi protes massa, tindakan keras militer dan upaya diplomatik untuk memulihkan stabilitas terus berlanjut.

Jalan ke depan untuk negara berpenduduk 54 juta orang itu masih belum jelas.

Sebelumnya, militer Myanmar atau Tatmadaw menahan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint dan pejabat lainnya dari partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang berkuasa.

Baca Juga: Tak Hanya di Indonesia, Negara Tetangga Malaysia Juga Menetapkan Larangan Mudik Akibat Lonjakan Kasus COVID-19

Pemadaman internet dan komunikasi dimulai sekitar pukul 3 pagi pada 1 Februari lalu. Militer juga menutup jalan di sekitar ibu kota Naypyidaw dan menutup bandara internasional.

Ketika negara itu terbangun dengan momen seismik ini, ada beberapa yang awalnya tidak menyadari apa yang sedang terjadi.

Truk-truk pendukung tentara mondar-mandir di jalan-jalan Yangon, mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu-lagu nasionalis.

Di tempat lain, itu adalah ketakutan dan kemarahan. “Negara kami adalah burung yang baru belajar terbang. Sekarang tentara mematahkan sayap kami,” kata aktivis mahasiswa Si Thu Tun.

Tatmadaw membenarkan kudeta itu sebagai tanggapan atas apa yang dikatakannya sebagai penipuan pemilih dalam pemilihan umum November 2020. Militer menuduh ada jutaan ketidaksesuaian dalam daftar pemilih, klaim yang dibantah oleh komisi pemilihan Myanmar.

Halaman:

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Channel News Asia


Tags

Terkini

x