Menurut Dokter Ini Alasan Muncul Virus Corona Varian Baru dan Cara Mencegah Penularannya

- 22 Mei 2021, 00:23 WIB
Foto ilustrasi virus corona
Foto ilustrasi virus corona /geralt/pixabay

KABAR BESUKI - Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi (paru) Dr. dr. Erlina Burhan, mengatakan mutasi pada virus yang kemudian memunculkan varian baru seperti pada kasus COVID-19 terjadi seiring penularan virus ke orang-orang.

Setiap virus masuk ke dalam tubuh manusia, dia mereplikasi diri. Pada prosesnya, bisa terjadi kesalahan sehingga menjadi berbeda dari virus awalnya. Lalu, apakah varian virus ini lebih kuat dari virus aslinya?

Ada dua kemungkinan, biasa saja atau lemah atau kuat. Apabila variasi yang terbentuk meningkatkan risiko terhadap manusia yakni meningkatkan transmisi atau penularan, virulensi atau menimbulkan keparahan lebih daripada non-varian dan menurunkan efektivitas tatalaksana serta vaksin, maka dia tergolong variants of concern atau perhatian khusus.

Baca Juga: Pertemuan PAN-PKS, Zulkifli Hasan: Fokus ke Rakyat

"Tiga hal ini, item yang diaplikasikan kalau satu varian ada. Kalau salah satu ada maka masuk ke variants of concern. Jadi, semakin banyak infeksi pada suatu populasi, semakin banyak penularan, maka copy paste virus selalu ada artinya potensi mutasi akan terus meningkat," kata Erlina yang dikutip dari Antara.

Saat ini setidaknya ada tiga varian yang masuk kategori variants of concern yakni B117, B1351, dan P1. Varian B117 asal Inggris dilaporkan meningkatkan transmisi atau penyebaran, sementara B1351 asal Afrika Selatan selain bisa menimbulkan dampak penularan, juga berdampak menurunkan efektivitas vaksin, demikian juga varian P1 dari Brazil.

Terkait vaksin, data menunjukkan efektivitas vaksin Novavax terhadap B1351 mengalami penurunan sampai 49 persen, padahal vaksin ini memiliki efikasi sampai 95,6 persen terhadap varian umum corona.

Baca Juga: Ketua MPR RI Bambang Soesatyo Dukung Hamas Gencatan Senjata dengan Israel

Penurunan efektivitas juga terjadi pada vaksin Johnson & Johnson (J&J) menjadi 57 persen. Vaksin ini sebenarnya dikatakan 66 persen efektif terhadap COVID-19 secara umum.

Halaman:

Editor: Yayang Hardita

Sumber: antaranews.com


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah