KABAR BESUKI - Dugaan pembobolan data bagi 279 juta WNI itu mendadak membuat heboh publik. Data yang dijual secara online melalui forum kemudian diperiksa oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Publik jelas prihatin dengan keamanan data yang dapat diungkapkan dan disalahgunakan. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menjaga keamanan data pribadi dan tidak ingin insiden data bocor kembali terulang?
Saran dari Alfons Tanujaya selaku Cybersecurity Observer Vaksincom ini patut dan wajib untuk disimak bagi warga Indonesia.
Dilansir Kabar Besuki dari ANTARA, Alfons mengatakan seluruh masyarakat Indonesia harus berasumsi bahwa data yang diberikan ke berbagai layanan yang digunakan ‘sudah bocor’.
“Orang Indonesia perlu punya asumsi bahwa datanya ‘sudah bocor’. Sehingga, jangan lakukan hal-hal penting dengan gunakan data-data yang sudah bocor ini,” kata Alfons.
Alfons mengatakan jika kita ingin membuat username dan password, harap menghindari penggunaan data yang bocor. Misalnya KTP bocor, jadi nama, NIK, tempat dan tanggal lahir (diungkap juga).
“Maka, jangan membuat PIN menggunakan data lahir kita karena nanti mudah tertebak. Jangan membuat password dari tempat dan tanggal lahir, itu mudah ditebak karena datanya sudah bocor,” tutur Alfons Tanujaya.
Terkait antisipasi yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika yakni dengan memblokir sejumlah halaman web yang diduga menyebarkan data, Alfons Tanujaya menilai pendekatan tersebut kurang tepat.