Jaga Kerukunan Antar Umat Agama di Seluruh Indonesia, Kemenag Gelar Jagongan Bersama Umat Hindu

- 1 Juni 2021, 20:57 WIB
Foto: Kerukunan antar umat beragama
Foto: Kerukunan antar umat beragama /@andinovian/Instagram/

KABAR BESUKI - Ada banyak cara yang dilakukan Kemenag dalam menguatkan moderasi beragama. Salah satunya Roadshow Jagongan Moderasi Beragama yang digelar Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Balitbang Diklat Kemenag.

Program ini didesain untuk menjadi ruang diskusi bersama umat beragama. Untuk edisi di Klaten, Jagongan digelar bersama umat Hindu.

Hadir sebagai pembicara, Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kaban) Achmad Gunaryo mengingatkan bahwa penguatan moderasi beragama merupakan bagian dari perwujudan rasa syukur  kepada Tuhan karena hidup rukun di negara yang kaya akan perbedaan.

Baca Juga: Terungkap! Data Vaksinasi COVID-19 Capai Angka 10 Juta Lebih, Ini Penjelasan Satgas

“Bersyukur saja tidak cukup, harus ditingkatkan menjadi syakur yaitu orang yang senantiasa dalam napas dan gerak menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan. Sebab saya khawatir jika tidak bersyukur, maka nikmat bangsa yang besar ini akan diambil oleh Sang Pemilik Nikmat,” ujar Kaban Gunaryo mengawali paparannya di hadapan pemuka agama, di Klaten, Senin, 31 Mei 2021, seperti dilansir Kabar Besuki dari laman resmi Kementerian Agama.

Sebagai perbandingan, Kaban Gunaryo memberikan gambaran kehidupan masyarakat di Eropa. Ia melihat selama tinggal di Eropa,  kehidupan di sana tidak sehebat yang terlihat.

“Meski dianggap maju, negara-negara di Eropa hingga saat ini tidak bisa hidup dalam perbedaan. Mereka bisa pecah hanya karena perbedaan bahasa atau perbedaan kepercayaan. Kesamaan di sana kini mulai diupayakan melalui penyamaan mata uang Euro,” ungkap Kaban yang berpengalaman tinggal di berbagai benua ini.

Baca Juga: Heboh! Perawat Suntikkan Vaksin Kosong Terjadi di Indonesia, Ini Faktanya

Menurut Kaban, kesamaan agama dan budaya belum menjadi jaminan kehidupan yang rukun. “Perbedaan adalah sunatullah atau ketetapan Tuhan. Jika suatu negara menginginkan persamaan, maka sama saja dengan 'mengelabui' Tuhan. Hidup dalam kesamaan pun belum tentu selalu rukun. Perbedaan harusnya dikelola, bukan diperuncing,” katanya.

Halaman:

Editor: Yayang Hardita

Sumber: kemenag.go.id


Tags

Terkini

x