KABAR BESUKI - Akademisi Rocky Gerung memberikan kritik terhadap shooting sinetron Terpaksa Menikahi Tuan Muda (TMTM) dan berdirinya baliho Puan Maharani di sekitar area pengungsian bencana erupsi Gunung Semeru.
Rocky Gerung memberikan kritik terhadap shooting sinetron dan baliho Puan di area pengungsian korban Semeru dengan beberapa alasannya.
Rocky Gerung menyayangkan adanya pihak-pihak yang mengambil keuntungan di area pengungsian korban bencana erupsi Gunung Semeru, termasuk dengan cara menjadikannya sebagai lokasi shooting sinetron.
"Sekarang kita lihat ada yang memanfaatkan kebencanaan itu justru untuk dapat keuntungan, karena bagaimanapun bikin sinetron itu artinya uang, dan itu nantinya ada pengarahan-pengarahan kan?," kata Rocky Gerung sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Jumat, 24 Desember 2021.
Rocky Gerung menilai tim produksi sinetron Terpaksa Menikahi Tuan Muda seolah kehabisan ide sehingga terkesan menghalalkan segala cara untuk meningkatkan rating dan audience share, termasuk dengan cara memanfaatkan momen musibah erupsi Gunung Semeru.
Akan tetapi, dia memberikan toleransi untuk pihak-pihak yang ingin melakukan shooting di area pengungsian korban erupsi Semeru untuk pembuatan film dokumenter yang sifatnya edukatif.
"Lain kalau ini bencana yang dikreasi di studio, ini betul-betul documentary. Kalau di-documentary oke, karena itu demi ilmu pengetahuan. Tapi kalau dia sinetron, itu nggak kira-kira juga orang yang punya ide itu," ujarnya.
Rocky Gerung mengatakan hal tersebut merupakan cerminan dari logika masyarakat yang mulai kacau balau di era saat ini, yang dibuktikan dengan adanya aktivitas shooting sinetron dan pemasangan baliho Puan di sekitar area pengungsian korban erupsi Gunung Semeru.
"Jadi sebetulnya, seluruh masyarakat kita udah ngaco tuh. Memanfaatkan keadaan di situ untuk bikin sinetron, memanfaatkan di situ seolah-olah peristiwa politik, sehingga musti dipasang baliho-baliho Puan Maharani kan?," katanya.
Lebih lanjut Rocky Gerung mengungkapkan, terjadinya hal tersebut mencerminkan kegagalan konsep revolusi mental yang dicetuskan Presiden Jokowi sejak awal masa pemerintahannya.
Dia menyebut revolusi mental ala Presiden Jokowi gagal total karena tidak terlihatnya etika publik dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya yang ditunjukkan oleh tim produksi sinetron Terpaksa Menikahi Tuan Muda dan Puan Maharani yang disebut-sebut akan maju dalam Pilpres 2024.
"Jadi kekacauan-kekacauan ini memperlihatkan bahwa ide Pak Jokowi untuk membuat revolusi mental gagal sangat total. Kalau revolusi mental itu tumbuh sangat berhasil tujuh tahun ini, orang punya etika. Kan inti dari revolusi mental adalah adanya etika publik tuh, nah itu yang nggak terlihat," ujar dia.
Rocky Gerung kemudian menyimpulkan bahwa pemanfaatan momen musibah bencana erupsi Gunung Semeru untuk keuntungan segelintir pihak sebagai kegagalan pendidikan revolusi mental dari rezim Presiden Jokowi.
Menurutnya apabila pendidikan tersebut berhasil, tidak perlu lagi ada pengusiran tim produksi untuk shooting sebuah sinetron yang memanfaatkan area pengungsian karena adanya rasa malu dari para pelakunya.
"Jadi kalau mau evaluasi ini, tentu kita mesti hubungkan lagi kegagalan pendidikan mental dari rezim Jokowi. Nggak perlu lah kita usir-usir sinetron itu, mestinya kan dia udah malu sendiri kan?," tuturnya.***