Serikat Kelapa Sawit Indonesia Dukung Larangan Ekspor: Jangan Lupakan Kebutuhan Domestik

- 25 April 2022, 12:28 WIB
Ilustrasi Serikat Petani Indonesia mendukung tindakan Jokowi dan menyalahkan pelaku ekspor karena melupakan kewajiban memenuhi kebutuhan negeri
Ilustrasi Serikat Petani Indonesia mendukung tindakan Jokowi dan menyalahkan pelaku ekspor karena melupakan kewajiban memenuhi kebutuhan negeri /Tristantan/pixabay.com

KABAR BESUKI - Serikat Petani Kelapa Sawit Indonesia pada Minggu 24 April 2022 menyatakan mendukung larangan pemerintah terhadap ekspor minyak sawit.
 
Tindakan sementara ini diperlukan untuk memastikan pasokan dan keterjangkauan minyak goreng di pasar domestik.
 
Pernyataan itu muncul setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan Jumat bahwa produsen dan eksportir minyak sawit utama di dunia akan menghentikan pengiriman.
 
 
Penghentian pengiriman minyak goreng dan bahan baku lainnya ke luar negeri berlaku mulai 28 April guna untuk menurunkan harga domestik.
 
Larangan ekspor dalam pengiriman minyak goreng, membuat harga minyak kedelai melonjak ke rekor tertinggi di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang pasokan global minyak nabati yang sudah habis.
 
Serikat petani mengatakan bahwa mereka menghargai larangan sementara yang dilakukan pemerintah ini.
 
Mereka menyalahkan perusahaan kelapa sawit karena melakukan kewajiban mereka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
 
 
"Kami meyakini langkah-langkah yang diambil presiden untuk menjamin pasokan minyak goreng dalam negeri," kata Sekjen Mansuetus Darto dalam sebuah pernyataan.
 
Beberapa politisi telah mengkritik larangan ekspor dengan mengatakan itu akan merugikan jutaan petani kecil.
 
Menurut laporan media, sementara ekonom berada dalam kerugian pendapatan ekspor.
 
Ekspor minyak sawit Indonesia biasanya bernilai US$3 miliar per bulan, kata Bahana Securities.
 
Pemerintah belum mengatakan berapa lama larangan itu akan berlaku dan jenis produk minyak sawit apa yang yang akan terpengaruh.
 
 
Harga minyak sawit mentah dunia telah melonjak ke level tertinggi dalam sejarah tahun ini di tengah meningkatnya permintaan dan lemahnya output dari produsen utama, Indonesia dan Malaysia.
 
Harga minyak goreng eceran di Indonesia meningkat lebih dari 40 persen.
 
Upaya sebelumnya untuk menurunkan harga, termasuk subsidi dan pembatasan ekspor antara akhir Januari dan pertengahan Maret.
 
Tidak hanya gagal menurunkan harga, tetapi juga memperburuk kenaikan harga global.
 
Dilansir Kabar Besuki dari CNA News, Darto dari serikat petani mengatakan kilang di beberapa daerah telah memotong harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit.
 
 
Mereka tidak mengurangi tingkat pembelian, karena pabrik berasumsi tentang berapa lama larangan itu akan berlangsung.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: channelnewsasia


Tags

Terkait

Terkini

x