Network
KABAR BESUKI – Anggota DPR RI Fraksi partai Gerindra, Fadli Zon memberikan tanggapan terkait dicabutnya larangan ekspor crude palm oil (CPO) dan minyak goreng.
Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mencabut larangan ekspor CPO dan minyak goreng mulai 23 Mei 2022.
Dibukanya kembali ekspor minyak goreng dan CPO ini tentu mendapat sambutan baik dari berbagai pihak, salah satunya Fadli Zon.
Baca Juga: Jadwal Samsat Keliling Wilayah Probolinggo Bulan Mei 2022, Cek Lokasi Serta Biayanya Sekarang!
Fadli Zon mendukung keputusan Presiden Jokowi untuk mencabut larangan ekspor CPO dan minyak goreng mulai pekan depan.
Kendati demikian, Fadli Zon menyarankan agar Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi dicopot usai pemberlakuan kebijakan tersebut.
“Akhirnya larangan ekspor dicabut, sudah seharusnya Menteri Perdagangan diganti saja,” tulis Fadli Zon melalui cuitannya di Twitter pada 20 Mei 2022.
Fadli Zon menyarankan agar Presiden Jokowi mencari menteri yang lebih kompeten untuk menganggantikan posisi Mendag Lutfi.
Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Wilayah Sleman Besok Sabtu 21 Mei 2022, Cek Lokasi Beserta Biayanya
“Cari yang kompeten,” ujar Fadlii Zon.
Seperti diketahui sebelumnya, Fadli Zon menjadi salah satu orang yang menggaungkan penolakan terhadap kebijakan larangan ekspor CPO.
Wakil ketua DPP Partai Gerindra itu menilai bahwa kebijakan larangan ekspor CPO justru malah mengakibatkan kerugian, baik di neraca perdagangan maupun terhadap petani sawit.
“Selain gagal mencapai tujuan yaitu menurunkan harga minyak goreng eceran di dalam negeri, kebijakan tersebut kini terbukti malah mendatangkan lebih banyak lagi kerugian, baik terhadap neraca perdagangan maupun terhadap petani sawit dan produsen CPO kita,” jelas Fadli Zon.
Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Badung Bali Hari Sabtu 21 Mei 2022, Cek Lokasi Beserta Biayanya Sekarang
Fadli Zon juga mengatakan bahwa kebijakan larangan ekspor CPO bukan solusi untuk mengatasi harga dan kelangkaan minyak goreng.
Karena menurutnya, kebijakan larangan ekspor CPO justru merugikan para petani sawit karena tidak bisa menjual hasil panennya.
“Selain harganya terus turun, para petani sawit juga kini terancam tak bs menjual hasil panennya krn sejumlah pabrik kelapa sawit mulai menolak membeli TBS dari petani dan lebih menggunakan hasil kebun sendiri,” terangnya.***
