Sesampainya dirumah, dengan cekatan Takim menghantam kepala lele itu dengan batu besar. 'Prok! '.
Dengan seketika lele itu mengejat-ngejat seperti mau melarikan diri. Dipukullah lagi sampai 4 pukulan lagi dan akhirnya diam tak bergerak. Mati.
Tak lupa pula Takim dengan cekatan membersihkan isi perutnya. Semuanya dibersihkan dan dilemparkannya isi perut lele itu pada kucing yang selalu menjaganya.
Rupanya kucing kesayangannya itu dengan setia mendampingi tuannya. Kebetulan ada wajan besar di dapur nganggur tergantung di tembok bata. Wajan besar bekas membuat keripik singkong balado.
Segeralah Ratib memasang wajan tersebut di kompor yang berbahan bakar kayu. Minyak goreng dituangkan banyak sekali agar gorengannya renyah.
Banyak minyak jelantah memang, pemberian dari warung pak Syukir yang jual lalapan lele. Lele pun dengan utuh langsung digoreng. Satu menit berlalu. Tiba-tiba keduanya terkejut bukan main.
Lele hidup, Lelenya ternyata hidup. Lele itu berenang berputar-putar di wajan yang penuh minyak. Hidup kembali seperti lele kebanyakan. Tubuhnya tidak melepuh ataupun garing tergoreng minyak yang mendidih.
"Hah! Kok hidup?" Teriak Takim.
"Matikan apinya kim!" teriak Ratib.