Erwiyantoro dan Akmal Marhali Tanggapi Polemik Jadwal Kick-off BRI Liga 1 yang Dianggap Terlalu Malam

24 Juli 2022, 19:43 WIB
Erwiyantoro dan Akmal Marhali Tanggapi Polemik Jadwal Kick-off BRI Liga 1 yang Dianggap Terlalu Malam. /Instagram.com/@persikofficial

KABAR BESUKI - Dua pengamat sepak bola yakni Erwiyantoro dan Akmal Marhali turut menanggapi polemik jadwal kick-off sejumlah pertandingan BRI Liga 1 yang dianggap terlalu malam oleh sejumlah kalangan.

Erwiyantoro mengungkapkan bahwa PT Liga Indonesia (LIB) sebagai operator kompetisi sepak bola di Indonesia seharusnya memiliki kewenangan kuat terhadap pengaturan jadwal kick-off BRI Liga 1.

Erwiyantoro menilai, saat ini LIB seolah tak berdaya menghadapi kuatnya daya tawar pemegang hak siar BRI Liga 1 yang tampak memiliki kuasa terhadap jadwal kick-off untuk sejumlah pertandingan yang dinilai terlalu malam.

"Saat ini, PT LIB yang punya event tapi dia 'kos-kosan' yang punya event nih. Bukan dia yang mengatur, mengelola, dan yang punya aturan, tapi dia kontrak di lembaganya dia sendiri," kata Erwiyantoro sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari kanal YouTube Cocomeo Channel pada Minggu, 24 Juli 2022.

Baca Juga: ANTV Jawab Polemik Kick-off Liga 1 yang Dianggap Terlalu Malam, Yusuf Ibrahim: Strategi Programming

Erwiyantoro merasa ada sesuatu yang tidak wajar terkait penentuan jadwal kick-off sejumlah pertandingan BRI Liga 1 yang dinilai terlalu malam, yakni di atas pukul 20.00 WIB.

Pria yang pernah menggarap program Planet Football di RCTI pada dekade 1990-an itu menilai bahwa klub seolah tidak dilibatkan dalam pembuatan klausul kontrak antara LIB dengan Emtek selaku pemegang hak siar terkait jadwal kick-off BRI Liga 1.

"Yang aneh di republik ini, bermain di jam 8 malam ini terjadi, tidak sehatnya ketika seluruh klub anggota Liga 1 tidak diajak bicara dengan PT LIB, juga tidak diajak bicara dengan sponsorship, pemegang hak siar," ujarnya.

Menurutnya, klub sebagai pemegang saham mayoritas LIB memiliki hak terhadap akses kontrak dengan pihak pemegang hak siar maupun sponsor kompetisi khususnya BRI Liga 1.

"Padahal aturan mainnya, pemilik saham mayoritas harusnya dia yang punya hak, harusnya dia yang paling ngotot, harusnya mereka yang dapat bonus, TV rights, subsidi, maupun sponsor-sponsor lainnya yang dikelola oleh PT LIB," katanya.

Baca Juga: PSSI dan LIB Sebut Kick-off BRI Liga 1 pada 23 Juli 2022 Ideal untuk Semua Klub, Begini Alasannya

Mengacu pada data Nielsen Media Research Indonesia, Akmal Marhali mengungkapkan fakta bahwa rating dan share duel Persib Bandung vs Persija Jakarta mampu mengalahkan super big match antara Liverpool vs Manchester United bahkan sinetron yang sedang populer sekalipun.

"Persib Bandung yang menurut banyak survei kalau melawan Persija, mau hari yang sama dengan Inggris lawan Jerman atau Liverpool lawan MU itu kalah rating-nya sama Persib vs Persija. Sinetron yang paling glamor di televisi swasta manapun juga kalah," ujar Akmal Marhali.

Pendiri Save Our Soccer (SOS) itu menyebut, lima klub dengan nilai jual tinggi seperti Persib Bandung, Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, Arema FC, dan Bali United kerap dieksploitasi oleh Emtek (dalam hal ini Indosiar) untuk mengingkatkan audience share di slot prime time.

Dia menilai, Emtek khususnya Indosiar sengaja memanfaatkan momen menurunnya performa sinetron Ikatan Cinta di RCTI belakangan ini (meski masih mampu bertengger di posisi lima besar) untuk mengkudeta posisi puncak dalam klasemen harian Nielsen.

"Klub-klub yang punya nilai jual tinggi dieksploitasi untuk bermain di jam prime time untuk diadu kemampuan rating-nya dengan sinetron (misalnya) Ikatan Cinta di RCTI. Ini yang menurut saya adalah hal yang harus dipertanyakan terlebih dahulu," ucapnya.

Baca Juga: 2 Bobotoh Meninggal Saat Laga Piala Presiden 2022 Persebaya Surabaya vs Persib Bandung, Indosiar Ikut Diprotes

Untuk menghentikan dominasi MNC Group khususnya dalam satu setengah tahun terakhir, Emtek mengerahkan kekuatan SCTV dan Indosiar dengan berbagai program yang telah mereka siapkan di slot prime time.

SCTV tetap mengandalkan sinetron stripping produksi Sinemart dengan berbagai penyegaran, sementara Indosiar mengkombinasikan kekuatan sinetron 'Panggilan' produksi MKF dengan tayangan sepak bola nasional seperti BRI Liga 1.

Akan tetapi, formula Indosiar yang mengkombinasikan kekuatan sinetron dan sepak bola nasional dalam slot prime time secara maraton menuai protes dari sejumlah kalangan karena menyebabkan pertandingan BRI Liga 1 harus digelar hingga larut malam.

Berkaca dari hal tersebut, Akmal Marhali mengingatkan agar LIB harus bekerja dengan totalitas kepada klub dan tidak mudah 'dibodohi' oleh pemegang hak siar meski ada klausul kontrak yang memberikan kewenangan stasiun TV untuk mengatur jadwal kick-off BRI Liga 1.

"Harusnya PT LIB bekerja total untuk kepentingan klub. Tapi ini justru bekerja sebaik-baiknya untuk kepentingan TV," tuturnya.***

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: YouTube Cocomeo Channel

Tags

Terkini

Terpopuler