Liga Inggris Terancam Tak Lagi Bisa Ditonton Gratis di Stasiun TV FTA Indonesia Mulai Musim Depan, Mengapa?

- 30 Januari 2022, 06:45 WIB
Liga Inggris Terancam Tak Lagi Bisa Ditonton Gratis di Stasiun TV FTA Indonesia Mulai Musim Depan, Mengapa?.
Liga Inggris Terancam Tak Lagi Bisa Ditonton Gratis di Stasiun TV FTA Indonesia Mulai Musim Depan, Mengapa?. /sergio souza/free-photos/

KABAR BESUKI - Pecinta Liga Inggris di Indonesia siap-siap harus menerima kenyataan tak lagi bisa menonton gratis tim kesayangannya di stasiun TV free to air (FTA) mulai musim depan.

Pasalnya, hingga saat ini belum ada titik terang mengenai siapa pemegang hak siar Liga Inggris di wilayah Indonesia untuk musim depan dalam paket kontrak berdurasi tiga hingga enam musim yang ditawarkan Premier League.

Ada banyak faktor yang menyebabkan Liga Inggris terancam tak lagi bisa ditonton gratis di stasiun TV FTA Indonesia mulai musim depan.

Kompetisi Liga Inggris yang dikenal sangat prestisius, rupanya justru membuat banyak pengelola stasiun TV FTA di Indonesia merasa kewalahan dalam konteks bisnis, meski tayangan tersebut diyakini mampu merangsang kelompok swing viewers untuk stay tune di akhir pekan.

Baca Juga: Mola TV Tak Lagi Siarkan Liga Inggris Mulai Musim Depan, Netizen: Akhirnya Si Buntal Rakus Modyar Juga

Berikut penyebab Liga Inggris terancam tak lagi bisa ditonton gratis di stasiun TV FTA Indonesia mulai musim depan sebagaimana dirangkum Kabar Besuki dari berbagai sumber, antara lain:

1. Hak Siar yang Semakin Mahal

Tak dipungkiri bahwa harga hak siar Liga Inggris yang semakin mahal membuat banyak stasiun TV FTA Indonesia berpikir seribu kali untuk mengambil hak siarnya, meski memiliki ketertarikan secara psikologis.

Pada musim 2010-2013, MNC Group membeli hak siar eksklusif Liga Inggris untuk seluruh platform pada kisaran harga Rp200-390 miliar dan dapat menyiarkan hampir seluruh pertandingan di setiap musimnya melalui stasiun TV FTA mereka, MNCTV dan GTV.

Namun pada musim 2016-2019, MNC Group yang memperoleh hak siar Liga Inggris dari beIN Sports dengan harga yang sama hanya memperoleh sublisensi untuk FTA dengan jatah 114 pertandingan per musim, meski MNC Vision Networks juga menyiarkan seluruh pertandingan melalui tiga saluran linear beIN Sports yang mereka relay.

Karena harga hak siar Liga Inggris yang semakin mahal bahkan terbilang tak masuk akal, kerja sama sublisensi antara TVRI dan Mola TV pada musim 2019-2020 menuai konflik antara Dewan Pengawas dengan Dewan Direksi, hingga berujung pemecatan Helmy Yahya dan sejumlah koleganya.

Bahkan sekalipun media sebesar MNC Media dan Emtek dianggap sangat mampu untuk membelinya karena memiliki revenue di atas rata-rata industri, mereka juga masih mempertimbangkan risiko bisnis yang harus dihadapi dalam jangka panjang sekalipun tak sampai menyebabkan kerugian perusahaan secara keseluruhan.

Baca Juga: SCTV Pastikan Akan Tayangkan Liga Inggris Musim 2021-2022 untuk Televisi Free To Air

2. Harga vs Jatah Pertandingan yang Diperoleh

Berkaitan dengan poin sebelumnya, sejak 2013 stasiun TV FTA Indonesia yang menyiarkan Liga Inggris tak sepenuhnya leluasa dalam memilih pertandingan yang akan disiarkan.

beIN Sports yang menyiarkan Liga Inggris selama musim 2013-2019 sejatinya masih relatif adil dengan memberikan kesempatan kepada stasiun TV FTA Indonesia untuk menayangkan partai super big match dari jatah pertandingan per pekan atau per musim yang jumlahnya terbatas.

Sejak Mola TV mengambil alih untuk musim 2019-2020, TVRI dan Mola TV yang memperoleh sublisensi Liga Inggris dengan 'harga miring' harus rela untuk tidak menyiarkan sejumlah partai big match dan super big match karena pengaturan dari pihak Mola TV sebagai pemilik master license di Indonesia.

Beruntung, SCTV yang menjadi mitra sublisensi Mola TV untuk FTA pada musim 2021-2022 berhasil melobi Mola TV agar tetap menayangkan super big match meski dengan dalih bahwa hanya akan menayangkan pertandingan di luar jam tayang sinetron unggulan.

Akan tetapi, porsi penayangan Liga Inggris di stasiun TV FTA berpotensi besar terancam punah jika rumor Disney+ Hotstar mengambil alih hak siar kompetisi tersebut di wilayah Indonesia benar-benar terwujud.

Baca Juga: Bocoran Jadwal Pertandingan Liga Inggris yang Akan Live di SCTV pada Agustus hingga September 2021

3. Jadwal Pertandingan vs Persaingan Antar Stasiun TV

Hal lainnya yang membuat banyak stasiun TV FTA di Indonesia berpikir ulang untuk mengambil hak siar Liga Inggris adalah jadwal pertandingan yang tak selamanya bersahabat dengan kerasnya persaingan antar stasiun TV.

Meski beberapa partai super big match dimainkan di slot prime time Asia tak terkecuali Indonesia, tak ada jaminan bahwa Liga Inggris akan mampu bersaing secara rating maupun share dengan program lain di jam yang sama terutama sinetron.

Bahkan jika diadu dengan kompetisi Liga 1, Nielsen justru mencatat bahwa perolehan rata-rata rating dan share Liga 1 atau kompetisi sepak bola Indonesia lainnya selalu lebih unggul dibandingkan dengan kompetisi sepak bola mancanegara.

Seorang pengamat sepak bola yang pernah berkecimpung di industri pertelevisian Indonesia bahkan menyebut Liga 1 sebagai tayangan sepak bola 'rating maker' yang berada di urutan keempat setelah Timnas Indonesia, Piala Dunia, dan Piala Eropa.

Karena hal inilah, RCTI yang memiliki pendapatan iklan terbesar dibandingkan kompetitornya memilih untuk 'rujuk' dengan Liga Italia, meski di sisi lain mereka juga menayangkan FA Cup dalam satu paket sublisensi dari beIN Sports.

Banyaknya pertandingan super big match Liga Italia yang digelar pada slot dinihari waktu Indonesia justru menjadi kans tersendiri bagi RCTI untuk mengokohkan perolehan audience share harian.

Selain itu, persaingan antar klub di Liga Italia juga dinilai tak kalah menarik dari Liga Inggris, yang juga menjadi pertimbangan RCTI lainnya. Juga, ada beberapa pemain bintang yang pernah merumput di Liga Inggris ditambah Zlatan Ibrahimovic yang tergolong senior namun masih memiliki skill individu yang tajam.***

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah