Untuk Para Ibu Mertua, Ini 9 Tips dan Cara Menjalin Hubungan Harmonis dengan Menantu

8 Maret 2021, 13:20 WIB
ilustrasi ibu mertua dengan menantu /pexels/ellyfairytale //Prasetyo Pramono/

KABAR BESUKI - Secara alami, hubungan ibu mertua dengan perempuan rentan mengalami gesekan karena ada kompetisi alami.

Saat anak laki-lakinya menikah, ibu bukan lagi menjadi sosok ibu terpenting bagi anaknya. Namun ada cara agar jadi mertua yang baik.

Polemik seputar rumah tangga bukan hanya terpusat antara suami dan istri saja. Terkadang, memiliki ibu mertua yang baik menjadi impian banyak orang.

Baca Juga: Bisakah Anda Tertular Covid-19 untuk Kedua Kalinya? Ini Kata Penelitian

Bahkan, stereotype tentang kondisi kurang akur dengan mertua ini sudah ada sejak puluhan tahun silam.

Siapapun bisa saja kelak akan menjadi mertua. Atau, bahkan sedang menjalaninya saat ini. Apabila berhasil membangun hubungan positif dengan menantu, akan berdampak pada hubungan baik keluarga besar pula.

hubungan ibu mertua dengan perempuan rentan mengalami gesekan karena ada kompetisi alami. Saat anak laki-lakinya menikah, ibu bukan lagi menjadi sosok ibu terpenting bagi anaknya.

Lebih jauh lagi, peran baru ini bisa menimbulkan kompetisi dan konflik, bahkan tanpa disadari oleh salah satu pihak. Bentuknya beragam mulai dari kritik hingga tanpa sadar ikut campur terlalu jauh.

Demi menghindari konflik antara ibu mertua dan menantu, beberapa hal yang bisa dilakukan adalah:

Baca Juga: Meningkatkan Pemberdayaan Perempuan Sebagai Solusi Selama Masa Pandemi, PPPA: Berusaha Memerdekakan Perempuan

  1. Bersikap positif

Ketimbang selalu memberikan kritik, lakukan yang sebaliknya. Berikan dukungan dan semangat pada setiap keputusan mereka. Ini berlaku pula untuk interaksi dengan menantu.

Ketika ada hal yang ingin dikritik, sebisa mungkin tahan diri. Sangat besar kemungkinan terjadi salah tafsir di antara keduanya. Bahkan, kesalahpahaman ini bisa terjadi meski bukan lewat ucapan atau verbal.

Contohnya ketika orangtua membantu membersihkan rumah menantunya secara sukarela, hal yang ditangkap bisa jadi sebaliknya. Anak dan menantu bisa merasa mereka dianggap kurang piawai mengurus rumah.

  1. Tidak memberi nasehat tanpa diminta

Ibu mertua yang baik juga sebaiknya tidak memberi nasehat tanpa diminta. Sangat wajar jika orangtua merasa memiliki berbagai ide untuk menantu. Namun, akan lebih baik menahan diri untuk tidak menyampaikannya kecuali diminta.

Garis bawahi hal ini terutama pada situasi seputar pola asuh anak. Apabila tidak ditanya oleh anak, sebaiknya jangan ikut campur terlalu jauh memberikan saran kepada mereka.

Baca Juga: Kandungan Potasium Vaksin Pfizer-Moderna Bisa Sebabkan Kematian, Mengejutkan Ini Faktanya

  1. Tidak memberi kado berlebihan

Niat baik bisa saja dianggap salah atau memicu kesalahpahaman, termasuk memberikan kado. Aturan umumnya adalah ibu mertua sebaiknya menghindari memberi hadiah atau kado seputar perbaikan dan pengembangan diri.

Alasannya, ada risiko menantu menganggap mertuanya merasa dia kurang banyak belajar dan perlu perbaikan diri.

  1. Tidak menyindir

Apapun perilaku atau tindakan menantu yang dirasa kurang cocok dengan Anda, tak perlu memberikan sindiran. Biasanya, sindiran ini berbentuk pujian namun disampaikan dengan intonasi atau kalimat lanjutan yang justru bertolak belakang.

Baca Juga: Hari Perempuan Internasional, Chelsea Islan: Kita Butuh Lebih Banyak Tokoh Perempuan dalam Posisi Penting

  1. Komunikasi

Petakan bagaimana komunikasi Anda dengan anak serta menantu. Apakah sudah sehat? Apabila belum terlalu dekat, bisa dimulai dengan bertanya secara personal kepada anak kandung terlebih dahulu.

Komunikasi yang lancar antara ibu mertua dan menantu memang tidak bisa mencair hanya dalam semalam. Perlu waktu untuk membangun ikatan dan kedekatan satu sama lain.

  1. Terima apa adanya

Bagaimanapun sikap menantu, dia adalah sosok yang dipilih anak Anda sebagai pendamping hidupnya. Mertua pun sudah memberikan restu ketika mereka mengikat janji di jenjang pernikahan. Artinya, tugas mertua adalah menerima mereka apa adanya, termasuk yang dirasa kurang cocok dengan prinsip Anda.

  1. Tidak meminta anak memilih

Ketika peran sebagai ibu harus bergeser karena anak sudah memiliki pasangan, ingat bahwa ini bukan kompetisi. Jangan tempatkan anak di posisi sulit seperti memilih antara ibu atau pasangannya. Bahkan, jangan pernah melontarkan kalimat semacam itu meski hanya dalam konteks bercanda.

Baca Juga: Masih Banyak Pelanggaran di Jalur Pesepeda, Wagub DKI Jakarta: Kami Butuh Kerja Sama yang Baik dari Masyarakat

  1. Tawarkan bantuan nyata

Apabila ingin menawarkan bantuan, komunikasikan dengan gamblang. Sebagai contoh, tawarkan untuk menjaga anak agar menantu bisa beristirahat sejenak atau sekadar pergi keluar meski hanya 1-2 jam. Ini bisa menjadi cara untuk mencairkan suasana serta membangun respek satu sama lain.

  1. Hargai keputusan anak dan pasangan

Apapun keputusan anak, hormati itu. Jangan fokus pada hal negatif yang justru menjebak Anda menjadi rentan sakit hati. Pahami betul bahwa mertua tidak harus selalu ikut pada setiap kegiatan anak dan pasangannya. Mereka berhak punya privasi dan keputusan sendiri.

Baca Juga: Rayakan Hari Perempuan Internasional, Netflix Boyong Film Inspiratif Tentang Kisah Perjuangan Perempuan

Begitu pula halnya bagi mertua yang tinggal satu kota dengan anak dan menantu. Jangan menuntut mereka untuk selalu datang berkunjung setiap akhir pekan.

Siapa tahu, mereka punya urusan yang lebih penting atau sekadar ingin beristirahat setelah bekerja seminggu penuh.

Kuncinya adalah jangan fokus pada perubahan hubungan dengan anak serta sibuk membandingkan sebelum dan sesudah menikah.

Baca Juga: Masih Banyak Pelanggaran di Jalur Pesepeda, Wagub DKI Jakarta: Kami Butuh Kerja Sama yang Baik dari Masyarakat

Terima dan bersikaplah sebagaimana ke anak kandung Anda. Dengan demikian, hubungan dengan menantu pun akan berjalan baik.

Perlakukan anak sebagaimana Anda ingin diperlakukan, maka hubungan pun akan berlangsung harmonis. ***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: sehatq

Tags

Terkini

Terpopuler