Ilmuwan Menemukan 'Sel Zombie' di Otak Manusia yang Sudah Mati, Simak Penjelasannya!

6 April 2021, 09:36 WIB
Foto: Ilustrasi sel otak /Rianti S// pixabay.com/ ColiN00B

KABAR BESUKI - Otak adalah pusat dari kehidupan seorang manusia. Ketika orang sudah mati, maka sudah umum diketahui jika seluruh fungsi otaknya pun ikut berhenti berfungsi.

Otak adalah organ terpenting pada tubuh yang mengatur segala fungsi organ seperti  pernapasan, pencernaan, mengatur aliran darah ke dalam dan luar jantung, dan sebagainya.

Namun baru-baru ini ilmuwan menemukan jika ternyata otak memiliki sebuah sel yang masih tetap hidup,  beberapa jam setelah manusia dinyatakan meninggal, seperti dilansir dari Live Science.

Baca Juga: Pemerintah Resmi Izinkan Ibadah Shalat Tarawih dan Shalat Idul Fitri Berjamaah Saat Pandemi dengan Syarat Ini!

Baca Juga: Tanam Pohon Kurma di Halaman Masjid Agung Baitul Makmur di Tarempa, Habiskan Anggaran Rp68 Miliar

Sel-sel yang disebut dengan 'sel zombie' ini memiliki gen yang masih tetap aktif hingga beberapa jam setelah manusia mati, seakan mereka tidak menyadari jika otak sudah tidak berfungsi lagi.

Jeffrey Loeb, seorang ahli saraf dari University of Illinois bersama rekannya menemukan jika sel zombie ini tetap memproduksi semacam lengan baru dan tetap aktif hingga berjam-jam setelah kematian.

Aktivitas sel zombie ini memuncak 12 jam setelah kematian. Sel lain yang melakukan aktivitas otak seperti memori dan pemikiran menurun dengan cepat, sementara sel lainnya masih stabil selama sekitar 24 jam tanpa banyak perubahan.

Sebagian besar penelitian berasumsi jika segala hal yang berkaitan dengan otak akan segera mati saat jantung berhenti berdetak.

"Namun ternyata tidak demikian. Temuan kami akan diperlukan untuk melakukan penelitian pada selaput jaringan otak," kata Loeb.

Baca Juga: Larangan Mudik Lebaran Tahun 2021, Menpan RB: ASN Sebagai Contoh Masyarakat Akan Kena Sanksi Jika Nekat Mudik

Para dokter dan ilmuwan sebenarnya menggunakan jaringan otak yang sudah mati untuk meneliti beberapa penyakit gangguan otak seperti autisme, Alzheimer, dan skizofrenia untuk mencari pengobatan terhadap penyakit tersebut.

Hal itu dilakukan karena otak orang yang masih hidup akan sangat berbahaya dan beresiko tinggi untuk dibedah dan diteliti. Selain itu, model hewan juga tidak bisa digunakan oleh manusia karena banyaknya perbedaan.

Penelitian semacam ini biasanya dilakukan sekitar 12 jam lebih setelah kematian.

"Kabar baik dari temuan ini adalah bahwa kami sekarang tahu gen dan jenis sel mana yang stabil, mana yang terdegradasi, dan mana yang meningkat seiring waktu. Sehingga untuk kedepannya, hasil studi postmortem akan lebih dapat dipahami," kata Loeb.

Sehingga secara tidak langsung hal ini membuktikan bahkan ketika dalam keadaan mati, entitas biologis dalam tubuh tidak sepenuhnya statis atau tidak aktif.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Live Science

Tags

Terkini

Terpopuler