Apa Itu Malam Satu Suro atau Bulan Muharram? Cek Perayaan, Mitos Hingga Pantangan

29 Juli 2022, 14:08 WIB
Ilustrasi. Apa Itu Malam Satu Suro atau Bulan Muharram? Cek Perayaan, Mitos Hingga Pantangan. /petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/

KABAR BESUKI - Apa itu malam satu Suro? mungkin sebagian orang banyak yang belum mengetahui ada apa dengan malam satu Suro.

Satu Suro adalah malam tahun baru pada Kalender Jawa yang menjadi hari pertama dalam bulan Suro. 

Istilah Suro adalah penyebutan yang berasal dari 'Asyura (bahasa Arab) yang berarti kesepuluh. Suro kemudian menjadi bulan permulaan hitungan dalam takwim Jawa. Sementara Suro dipahami oleh masyarakat Islam sebagai bulan Muharram.

Dalam kepercayaan adat Jawa, satu Suro itu merupakan malam keramat, terlebih jika jatuh pada hari Jumat.

Baca Juga: Audy Joinaldy Ajak Anak Rantau Sumatera Barat Beri Kontribusi untuk Daerahnya

Untuk masyarakat Jawa, malam 1 suro dianggap sebagai malam yang sakral dikarenakan biasanya banyak orang yang melakukan ritual.

Biasanya semua benda pusaka harus dicuci, dibersihkan, seiring dengan kehidupan spiritual yang disucikan kembali. Dari sinilah orang Jawa meyakini bahwa malam 1 Suro adalah malam yang sakral.

Pada malam satu Suro biasanya juga diadakan ritual pembacaan doa dari semua umat yang hadir merayakannya dengan tujuan agar mendapatkan berkah dan menangkal datangnya marabahaya.

Bahkan masyarakat Jawa percaya bahwa malam satu Suro ini merupakan waktu para lelembut atau setan, jin, genderuwo, kuntilanak, dan sejenisnya akan muncul ke dimensi manusia.

Biasanya, pada umumnya masyarakat Jawa melakukan laku tirakat, lek-lekan atau tidak tidur semalam suntuk, dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa).

Dan beberapa orang memilih melakukan tirakat di tempat sakral seperti laut, gunung, pohon besar, ataupun makam keramat.

Di Solo, misalnya perayaan malam satu Suro terdapat hewan khas yang disebut kebo (kerbau) bule. Kebo bule menjadi salah satu daya tarik bagi warga yang menyaksikan perayaan malam satu Suro dan konon dianggap keramat oleh masyarakat setempat.

Baca Juga: Harga Sembako dan Bahan Pokok Lainnya di Pasar Tradisional Hari Ini Jumat 29 Juli 2022

Dalam buku Babad Solo karya Raden Mas (RM) Said, leluhur kebo bule adalah hewan klangenan atau kesayangan Paku Buwono II, sejak istananya masih di Kartasura, sekitar 10 kilometer arah barat keraton yang sekarang.

Menurut seorang pujangga kenamaan Keraton Kasunanan Surakarta, Yosodipuro, leluhur kerbau dengan warna kulit yang khas, yaitu bule (putih agak kemerah-merahan) itu, merupakan hadiah dari Kyai Hasan Beshari Tegalsari Ponorogo kepada Paku Buwono II, yang diperuntukkan sebagai cucuk lampah (pengawal) dari sebuah pusaka keraton yang bernama Kyai Slamet saat beliau pulang dari mengungsi di Pondok Tegalsari ketika terjadi pemberontakan pecinan yang membakar Istana Kartasura.***

 

 

 

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler